Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asal-usul Ribuan Bangkai Babi di Sungai Belum Jelas

Kompas.com - 13/03/2013, 02:18 WIB

Shanghai, Selasa - Hingga Selasa (12/3), sedikitnya 2.813 bangkai babi diangkat dari Sungai Huangpu yang menuju kota Shanghai, China. Sebagian bangkai babi itu memiliki label yang mengindikasikan mereka berasal dari Jiaxing di Provinsi Zhejiang, tetangga Shanghai.

Komite Pertanian Shanghai mengatakan, otoritas setempat tidak mengetahui apa penyebab kematian babi-babi itu. Namun, mereka telah mendeteksi penyakit babi yang ditemukan setidaknya pada satu bangkai. Penyakit tersebut diduga terkait dengan virus, tetapi tidak membahayakan manusia ataupun hewan lain.

Meskipun demikian, tidak sedang terjadi wabah penyakit tertentu yang menimpa babi di Jiaxing.

Dinas pertanian di Zhejiang menyatakan tidak ada tanda epidemi yang ditemukan di Jiaxing. ”Kematian babi di Jiaxing normal,” ujar Jiang Hao, Kepala Biro Peternakan Jiaxing, seperti dikutip kantor berita Xinhua.

Namun, otoritas Jiaxing mengakui, ada peternak setempat yang membuang bangkai babi. Sebagian besar peternak di Jiaxing adalah peternak rumahan dengan skala kecil. ”Mereka tak terlalu paham hukum dan beberapa peternak sembarangan membuang bangkai babi,” ujar Yu Hongwei, Wakil Kepala Biro Perlindungan Alam Jiaxing.

Menurut laporan harian Jiaxing, membuang bangkai babi ke sungai sering dilakukan oleh peternak di Jiaxing, antara lain karena kurangnya tempat penguburan babi.

Di desa Zhulin, Jiaxing, hampir 1.400 rumah tangga memelihara babi. Sebanyak 10.078 babi mati pada Januari dan 8.326 babi mati pada Februari.

Yu mengatakan, Jiaxing telah mengatur pengumpulan dan pembuangan bangkai babi dengan mengubur atau membakarnya.

Petugas setempat telah memeriksa apakah ada peternakan yang nekat membuang bangkai babi ke sungai.

Penduduk marah

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com