Saat ini ada 2.900 tentara Afrika di Mali, termasuk 1.400 tentara Chad yang sudah terbiasa bertempur di daerah gurun, seperti di Mali utara. Pasukan infanteri Perancis di Mali kini berjumlah 3.500 personel.
Meski demikian, sejumlah keraguan tetap ada terkait dengan seberapa cepat intervensi pasukan Afrika, AFISMA, dengan 8.000 personel, bisa menguasai penuh Mali untuk mencegah kembalinya milisi Ansar Dine. Kelompok militan itu dikenal sebagai salah satu sayap terkuat Al Qaeda di Afrika Barat.
”Pembebasan Gao dan Timbuktu dengan cepat merupakan bagian dari rencana. Sekarang terserah pasukan negara-negara Afrika untuk mengambil alih,” tulis harian Le Parisien.
Menteri Luar Negeri Perancis Laurent Fabius memperingatkan, segala sesuatu bisa berubah di lapangan. Perancis sempat menghadapi tantangan seimbang dari milisi.
”Kita harus berhati-hati. Kita sedang memasuki fase yang rumit saat risiko serangan atau penculikan sangat tinggi. Kepentingan Perancis terancam di seluruh wilayah Sahel,” kata Fabius kepada pers di Paris.(AFP/AP/REUTERS/CAL)