Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suatu Petang di Lembah Bekaa

Kompas.com - 22/12/2012, 08:04 WIB

Sejumlah sejarawan mengatakan, Lebanon, yang didirikan tahun 1943 didasarkan pada pakta nasional yang disepakati oleh komunitas Kristen dan Muslim, dapat dengan mudah hilang dari peta dunia di bawah tekanan eksternal. Lebanon juga bisa terpecah belah karena faktor-faktor internal dan masyarakatnya yang heterogen. Banyak faktor bisa menjelaskan mengapa ledakan dan perpecahan itu tidak terjadi.

Antaragama

Selama ini, memang hubungan antarumat beragama di Lebanon tidak menjadi masalah sejauh tidak masuk ke ranah politik; politik yang pada dasarnya adalah panggung untuk memperebutkan kekuasaan sehingga dalam banyak hal menghalalkan segala cara. Orang yang sama agamanya pun bisa saling menabrak, saling memotong, saling menjatuhkan, dan berusaha saling mengalahkan, apalagi kalau berbeda agama. Perang saudara di Lebanon (1975-1990) menjadi salah satu contoh.

Sejarah mencatat, tidak jarang kehadiran agama menimbulkan kekerasan yang terungkap dalam sikap doktriner, otoriter, eksklusif, dan kekerasan fisik. Hal itu terjadi lantaran ada perbedaan antara pemahaman dan penghayatan.

Hannah Arendt, filsuf politik, mengingatkan, ”Kita tergoda untuk mengubah dan menyalahgunakan agama menjadi ideologi dan menodai usaha yang telah kita perjuangan melawan totalitarianisme dengan suatu fanatisme. Padahal, fanatisme adalah musuh besar kebebasan.” Fanatisme selalu menimbulkan masalah: konflik dan kekerasan.

Akan tetapi, lihatlah di Chtaura di Lembah Bekaa, yang meski menjelang masuk ke kota kecil itu berdiri baliho besar dengan gambar wajah tokoh Hezbollah, Natal juga dirayakan.

Lagu-lagu Natal pun sudah terdengar mengudara dari radio, di petang hari yang dingin ... yang semakin sore semakin dingin karena embusan angin dari puncak pegunungan Lebanon yang bersalju.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com