Manila, Minggu
Demikian diungkapkan Komandan Korps Marinir Filipina Letnan Jenderal Juancho Sabban, Minggu (30/9). Ia menegaskan, pengiriman pasukan tambahan itu bersifat memperkuat pertahanan, dan tidak dimaksudkan sebagai langkah agresif.
”Dua batalion yang datang baru-baru ini akan memperkuat perlindungan terhadap pulau- pulau kami. Kami berada pada postur defensif saja, dan untuk menjamin pertahanan pulau-pulau kami. Lebih baik mempertahankan daripada merebut kembali pulau-pulau itu setelah diduduki (negara) pengklaim lain,” ujar Sabban.
Selain menambah pasukan yang akan melakukan patroli di sekitar Spratly, Filipina juga menempatkan markas besar salah satu brigade Korps Marinir di Provinsi Palawan, yang berbatasan langsung dengan Laut China Selatan.
Kepulauan Spratly menjadi titik pusat sengketa teritorial yang terjadi di Laut China Selatan. Seluruh atau sebagian kepulauan, yang diyakini kaya kandungan sumber daya alam tersebut, diklaim oleh Filipina, Malaysia, Brunei, Vietnam, China, danTaiwan.
Belakangan, situasi di kawasan tersebut memanas setelah China bersikap makin agresif. Sabban menuding China terus memperkuat berbagai struktur yang dibangun di atas pulau-pulau sengketa.
Meski demikian, Sabban mengaku tidak ingin terlibat dalam konflik terbuka. ”Kami tidak berada di sana untuk membuat situasi yang bisa berujung pada konflik dan bereskalasi menjadi masalah regional,” tandasnya.
Konflik teritorial di Laut China Selatan juga memicu ketegangan di kalangan negara-negara anggota ASEAN, terutama antara Filipina dan Ketua ASEAN tahun ini, Kamboja.
Pertemuan para menteri luar negeri negara-negara anggota ASEAN di Kamboja, Juli lalu, berakhir tanpa komunike bersama.