Perbatasan Suriah-Turki yang memiliki panjang sekitar 900 kilometer kini praktis ibarat tanah tak bertuan. Pasukan perbatasan Suriah sudah tidak terlihat sama sekali. Pemerintah Turki juga memperlonggar kontrolnya di perbatasan menyusul sikap Ankara yang memberikan dukungan penuh pada revolusi rakyat Suriah. Di Turki bahkan kini beredar rumor, semua barang termasuk senjata bisa diselundupkan ke Suriah melalui jalur ilegal.
Kondisi pengawasan yang longgar di perbatasan itu dirasakan langsung oleh Kompas saat menyeberang ke Suriah, Kamis, 16 Agustus.
Bermula dari telepon rekan wartawan harian Zaman, Turki, Mohamed Asif, sekitar pukul 13.00. Asif meminta Kompas segera menemui seorang warga Suriah bernama Yusuf di kamp pengungsi Bohsin, dekat kota Reyhanli. ”Yusuf yang akan mengawal Anda masuk ke Suriah hari ini juga,” ujar Asif.
Dengan mengenakan rompi antipeluru, menaiki mobil Hyundai sewaan berwarna putih yang dikemudikan Zakaria, kami segera meluncur menuju kamp pengungsi Bohsin, sekitar 30 kilometer arah timur kota Antakya.
Setiba di depan kamp pengungsi Bohsin, seorang lelaki berperawakan cukup kekar yang mengenakan celana jeans dan kaus warna hijau serta rompi telah menunggu. Lelaki kekar itu memperkenalkan diri sebagai Yusuf, yang langsung menghampiri kursi pengemudi. Yusuf meminta agar dia yang memegang kemudi untuk membawa mobil menuju perbatasan.
”Sekarang kita mulai perjalanan menuju Suriah,” kata Yusuf.
Mobil yang dikemudikan Yusuf melaju cepat menuju Reyhanli, kemudian menyelusuri jalan sempit yang di beberapa tempat lebarnya tak lebih dari 3 meter dan berliku-liku di perkampungan kota Reyhanli.
Di tengah perkampungan itu, dua warga Suriah bernama Abdul Hakim (30) yang berasal dari kota Hama dan Safwan Masri (33) dari Jish al Shugur bergabung. Mereka menumpang mobil kami untuk ikut bersama menyeberang ke Suriah. Yusuf kemudian menghentikan mobil lagi di depan toko kecil dan meminta Kompas membeli makanan dan minuman untuk bekal. Menurut Yusuf, makanan dan kebutuhan pokok sulit diperoleh di Suriah.
Mobil lalu meluncur lagi hingga tiba di suatu tempat di batas kota Reyhanli. Di depan kami terlihat pemandangan bukit bebatuan kecil serta pagar kawat berduri yang memisahkan Turki dan Suriah.
Yusuf menghentikan mobil dan meminta kami turun. Perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki menyusuri bukit bebatuan itu. Di tempat tersebut sudah terlihat beberapa warga Suriah yang tampaknya menggunakan jalur itu untuk keluar masuk Suriah-Turki.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanDapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Daftarkan EmailPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.