Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak Korut Diajar Benci Amerika sejak TK

Kompas.com - 26/06/2012, 10:37 WIB

PYONGYANG, KOMPAS.com - Sebuah poster berbingkai di dinding ruang kelas TK menunjukkan seorang bocah dengan mata berbinar mengacungkan senapan dan bayonet soerang tentara Amerika yang tidak berdaya, yang wajahnya diperban dan mulutnya berdarah.

"Kami suka bermain game militer merobohkan bajingan Amerika," bunyi slogan dicetak di bagian atas poster. Poster lain menggambarkan seorang warga Amerika dengan tali di lehernya. "Mari kita lenyapkan imperialis AS," perintah itu.

Bagi warga Korea Utara, indoktrinasi sistematis anti-Amerika dimulai sejak taman kanak-kanak dan menjadi bagian dari kurikulum seperti belajar berhitung.

Mainan pistol, senapan dan tank tertata rapi di rak-rak sekokah. Kepala sekolah mengeluarkan boneka tentara Amerika dan menjelaskan salah permainan favorit siswa-siswanya adalah memukuli boneka itu dengan tongkat atau melemparinya dengan batu.

Guru perempuan bernama Yun Song Sil itu agak malu-malu memandu tiga wartawan dari The Associated Press, yang salah satunya adalah orang Amerika, ketika melewati poster anti-Amerika. Tapi Yun tidak malu saat mengutarakan pesan yang disampaikan.

"Anak-anak kami belajar sejak dini tentang bajingan Amerika," katanya. Di Korut, istilah "bajingan Amerika" merupakan frasa yang umum digunakan.

Siswa Korut belajar, bahwa negara mereka memiliki dua musuh besar, yakni Jepang dan AS. Jepang pernah menjajah Korea pada 1910-1945, sementara AS memerangi Korut selama Perang Korea 1950-1953.

Mereka diberitahu bahwa melindungi Korut dari serangan pasukan asing - khususnya AS yang menempatkan sekitar 28.000 tentaranya di Korea Selatan - tetap menjadi tulang punggung kebijakan luar negeri negara itu. Anak-anak itu tetap diajar untuk membalas dendam (pada AS), meskipun Pyongyang mengaku tetap ingin berdamai dengan Washington.

"Mereka (pemerintah) memberitahu rakyat tidak akan ada rekonsiliasi dengan AS," kata ilmuwan AS Brian Myers, yang membedah propaganda Korut pada 2010 melalui bukunya "The Cleanest Race: How North Koreans See Themselves and Why It Matters." "Mereka menegaskan, kebencian itu akan berlangsung selamanya."

Dalam beberapa tahun terakhir, propaganda negara telah bergeser jauh dari slogan-slogan anti-Amerika dan lebih menekankan membangun perekonomian. Di jalan-jalan Pyongyang, poster anti-Amerika telah digantikan poster tentara Korut dan pekerja di pabrik.

Namun poster-poster dan kurikulum di TK di Korea Utara tidak berubah. Di luar diplomasi AS-Korut, masih ditanamkan ideologi bahwa "imperialis AS" adalah musuh terbesar.

Di TK Kaeson misalnya, tentara AS digambarkan sebagai sosok yang kejam dengan hidung besar dan mata bengis. Mereka mencap tahanan dengan besi panas, melepas anjing galak untuk memburu perempuan, dan mencabut gigi anak perempuan dengan catut. Gambar lain menunjukkan seorang tentara AS menginjak perempuan dengan sepatu lars, dan darah mengucur dari mulut korban yang matanya menunjukkan rasa takut dan kesakitan.

"Kaum imperialis Amerika dan militerisme Jepang adalah musuh bebuyutan rakyat Korut," sebuah kutipan dari ucapan mendiang Kim Jong Il ditulis di salah satu dinding sebuah ruang luas yang digunakan untuk pelajaran anti-AS.

"Tema utama propaganda anti-Amerika bukanlah 'Kita harus siap menghadapi serangan', melainkan 'Kita harus siap membalas dendam','" kata Myers. "Orang-orang didorong untuk membenci AS karena tindakannya di masa lalu."

Orang Amerika juga selalu digambarkan dengan simbol-simbol nuklir pada helm atau seragam militernya. Itu merujuk pada keyakinan Korut bahwa AS merupakan ancaman nuklir di kawasan itu. Sebuah poster dengan tulisan dalam bahasa Perancis menunjukkan tempat-tempat di Korsel yang menurut Korut menjadi tempat penyimpanan senjata nuklir dan jet-jet tempur AS.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com