Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak Korut Diajar Benci Amerika sejak TK

Kompas.com - 26/06/2012, 10:37 WIB

AS sendiri menyangkal memiliki senjata nuklir di Korea.

Menurut Korut, kehadiran AS di Korsel, juga dugaan ancaman nuklir, menjadi alasan utama di balik upayanya mendorong pembangunan senjata nuklir, sebuah tindakan yang melanggar resolusi DK PBB.

TK Kaeson adalah sekolah teladan. Pada pagi hari, anak-anak berbaris untuk bersenam pagi dan menyanyikan lagu-lagu patriotik. Pada jam makan siang, mereka makan nasi, ikan, dan tofu, kata kepala sekolah. Mereka juga belajar menyanyi, menari dan naik sepeda. Pada jam empat sore, mereka menikmati makanan kecil dan susu kedelai.

Pelajaran sejarah meliputi kisah masa kecil Kim Jong Il, kehidupan di masa pendudukan Jepang dan Perang Korea.

"Pertama, kami mulai dengan mengajarkan bahwa imperialis Amerika yang memulai perang," kata guru bersuara lembut Jon Chung Yong, menceritakan pemicu perang versi Korut.

"Sejak saat itu, terjadilah tragedi ketika bangsa kita terbagi menjadi dua," lanjut Jon yang mengajar TK selama 15 tahun. "Sejak itu, rakyat kita harus menanggung pederitaan hidup terpisah selama setengah abad."

Di luar Korut, tentu saja buku-buku sejarah menuliskan cerita berbeda. Menurut, buku-buku terbitan Barat dua tahun setelah Korea Utara dan Selatan memerdekakan diri masing-masing, tentara Korut memasuki Seoul, ibukota Korsel, pada 25 Juni 1950 pagi.

Pasukan Korsel dan PBB pimpinan AS berperang melawan tentara Korut yang komunis dan didukung China dalam peperangan selama tiga tahun, demi menguasai semenanjung Korea. AS dan Korut akhirnya berdamai pada 1953. Dan Korea tetap terbagi hingga hari ini.

Pada pelajaran menggambar di TK Kaeson, ketika murid-murid perempuan menggambar ikan, bunga, dan sebagainya, murid laki-laki melukis tank dan tentara.

Seorang anak lelaki tampak menggambar sebuah medan pertempuran. Dengan krayon beraneka warna, dia mengisi kertas putihnya dengan gambar pesawat Korut yang menjatuhkan bom pada mayat-mayat tentara Amerika. Untuk sentuhan akhir dia menambahkan nama Presiden Korsel.

Kampanye kebencian biasanya tidak memasukkan Korsel, yang digambarkan sebagai boneka AS. Namun dalam beberapa bulan terakhir, kebencian itu mulai ditujukan pada Presiden Korsel Lee Myung Bak karena kebijakan kerasnya terhadap Korut.

Lukisan terbaik siswam kemudian dipasang pada sebuah papan. Ada gambar seorang siswa TK Korut menyerang seorang tentara cebol AS dengan tongkat. Gambar lain menunjukkan pesawat-pesawat tempur Korut menjatuhkan bom ke tentara AS yang diselimuti api. Di lukisan ketiga, seorang pria berhelm dengan tulisan "U.S." berlutut minta ampun ketika kepalanya dipukuli dengan tongkat.

Ekspresi kebencian pada AS itu memuncak pada perayaan Hari Anak Internasional pada 1 Juni. Di seluruh negeri, anak-anak mengenakan seragam militer sambil membawa pistol dan bayonet mainan dan dikumpulkan di stadion. Di Pyongyang, salah satu permainannya adalah para siswa bergantian menyerang boneka tentara AS.

Namun, seperti umumnya anak-anak, mereka tetap menunjukkan kekaguman ketika bertemu langsung dengan orang asing. Mereka pasti menyapa, entah dengan lambaian tangan atau ucapan "hello."

Dan pada acara perkabungan setelah kematian pemimpin mereka, Kim Jong Il, Desember lalu, ada seorang anak yang tanpa merasa bersalah mengenakan topi berlogo New York Yankees, tim olahraga yang sangat Amerika, bisbol.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com