Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Hutan Bunuh Diri" di Kaki Gunung Fuji

Kompas.com - 10/04/2012, 14:08 WIB

Boneka itu dipaku dengan kepala di bawah dan wajahnya disobek. "Ini bukan keisengan, tapi kutukan. Saya rasa orang ini merasa tersiksa oleh masyarakat," jelasnya.

Temuan lain yang membuat miris adalah catatan "petunjuk bunuh diri", dan sejumlah tali gantungan.

Hayano berpandangan perilaku bunuh diri sudah berubah seiring waktu. Dulu orang mengakhiri hidup untuk menyelamatkan kehormatan dengan ritual "harakiri" menggunakan samurai. Sementara saat ini, bunuh diri semata-mata menandai isolasi sosial di dunia modern.

"Menurut saya, tidak mungkin mati secara heroik dengan cara bunuh diri," ucap lelaki setengah baya itu.

Hayano meyakini perilaku itu merupakan gejala dari makin maraknya gaya hidup menyendiri yang muncul bersama era internet.

"Sekarang kita bisa hidup dengan cara online sepanjang hari. Namun, masalah sebenarnya adalah kita masih perlu melihat wajah orang lain, membaca ekspresi mereka, mendengar suara mereka sehingga kita benar-benar memahami emosi mereka - bahwa kita sama-sama ada," paparnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com