Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden Assad Melunak

Kompas.com - 04/04/2012, 03:15 WIB

Kairo, Kompas - Rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad mulai melunak setelah terus-menerus mendapat tekanan internasional. Tekanan terbaru adalah keputusan para sahabat Suriah yang mendukung oposisi.

Dalam konferensi di Istanbul, Turki, Minggu (1/4), negara-negara yang menyebut diri sebagai sahabat-sahabat Suriah mengakui Dewan Nasional Suriah (SNC) sebagai wakil sah rakyat Suriah. Hal itu juga diperkuat dengan permintaan Rusia agar otoritas Suriah menarik terlebih dahulu pasukan dari kota-kota dan desa-desa yang menjadi markas oposisi.

Suriah bergolak sejak Maret 2011. Sejumlah warga antirezim Presiden Assad ingin menghirup udara kebebasan politik dari rezim Assad yang sudah puluhan tahun berkuasa.

Sikap melunak Suriah itu tecermin dari penjelasan utusan khusus PBB dan Liga Arab untuk Suriah, Kofi Annan, di forum Dewan Keamanan PBB di New York, AS, Senin (2/4). Annan mengatakan, otoritas Suriah setuju menarik pasukan dan senjata beratnya dari tempat-tempat yang memiliki konsentrasi penduduk selambat-lambatnya 10 April mendatang.

Setelah 48 jam dari penarikan pasukan dan senjata berat pemerintah, akan disusul dengan perjanjian gencatan senjata antara pasukan pemerintah dan Tentara Pembebasan Suriah (FSA).

Susan Rice, Dubes AS untuk PBB yang juga ketua bergilir DK PBB, mengatakan telah mendapat janji dari Menteri Luar Negeri Suriah Walid Moallem. Isinya adalah pasukan pemerintah akan segera ditarik dari tempat-tempat konsentrasi penduduk dengan proses penarikan berakhir pada 10 April.

Namun, Rice mengatakan masih ragu dengan janji otoritas Suriah. ”Karena mereka sering melanggar janji-janjinya pada bulan-bulan sebelum ini.”

Rice mengungkapkan, Kofi Annan kini menunggu jawaban lebih rinci dari otoritas Suriah atas butir-butir usulan solusi Annan. Usulan itu antara lain dibukanya akses pada penyaluran bantuan kemanusiaan, yang diperuntukkan bagi kubu oposisi. Usulan dari Annan yang lain adakah agar dibuka akses bagi wartawan serta perlunya dialog politik antara pemerintah dan kubu oposisi.

Di pihak lain, deputi utusan khusus PBB-Liga Arab, Nasser al-Qidwa (mantan Menlu Palestina), juga diberitakan telah menerima persetujuan dari kubu oposisi. Isinya adalah penghentian aksi kekerasan, yang segera dilakukan setelah 48 jam dari penarikan pasukan pemerintah.

Nasser al-Qidwa mendapat tugas khusus untuk melobi kubu oposisi Suriah. Pemerintah Suriah menolak berkomunikasi dengan Nasser al-Qidwa, yang dianggap simbol perwakilan dari Liga Arab.

Pemerintah Suriah juga menolak berhubungan dengan Liga Arab, setelah keanggotaan Suriah dibekukan organisasi negara-negara Arab itu. Suriah juga menyatakan sangat jengkel dengan negara-negara Arab yang tidak pernah mendukung Suriah dalam perlawanan terhadap Israel.

Diberitakan pula, PBB berniat menyebarkan 250 tim pemonitor di Suriah. Mereka akan mengawasi langsung jalannya gencatan senjata di negara itu. Diperkirakan, proses penyebaran 250 pemonitor PBB di Suriah membutuhkan waktu minimal dua bulan. Masalahnya harus dipersiapkan dahulu sistem komunikasi mereka dan pengadaan 40 kendaraan lapis baja.

Intervensi asing disiapkan

Juru bicara Kofi Annan, Ahmed Fawzi, mengungkapkan, sejumlah pejabat PBB akan tiba di Damaskus dalam dua hari mendatang untuk membahas berbagai solusi dengan para pejabat tinggi Suriah, termasuk tentang teknis penyebaran tim monitor PBB itu.

Harian Pan Arab Asharq al-Awsat, Selasa (3/4), memberitakan, meski ada janji otoritas Suriah menarik pasukan dan senjata AS dan Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) beserta sejumlah negara lain tetap menyiapkan program intervensi di Suriah.

Program intervensi itu antara lain dalam bentuk kesediaan GCC mengucurkan dana 100 juta dollar AS kepada FSA. Juga sedang ditunggu persetujuan dari Presiden AS Barack Obama untuk pengiriman alat komunikasi canggih ke pihak FSA. Ini bertujuan untuk memudahkan koordinasi dan organisasi di tubuh FSA. Presiden Obama juga setuju untuk mengirim alat pengintai keadaan di malam hari ke FSA.

Program intervensi itu disusun sebagai antisipasi atas kegagalan misi politik Kofi Annan. Anggota SNC, Muhammad al-Darubi, seperti dikutip harian Asharq al-Awsat, mengungkapkan, SNC telah mendapat janji akan menerima dana sebanyak 176 juta dollar AS. Ini adalah bantuan kemanusiaan. Juga ada bantuan 100 juta dollar AS untuk gaji selama tiga bulan bagi para anggota FSA.

Al-Darubi mengakui, SNC pekan lalu menerima dana 500.000 dollar AS. Ia tidak mengungkapkan bagaimana cara SNC menerima bantuan dana. Sebagian besar dana yang diterima SNC berasal dari Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab.

Dalam perkembangan di lapangan, di tengah sikap melunak otoritas Suriah, serangan terhadap wilayah oposisi masih tetap terjadi. Suriah relatif bertahan dari gejolak dan diduga ini terjadi akibat bantuan China dan Rusia. (mth)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com