Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konflik Sudan Makin Panas

Kompas.com - 29/02/2012, 02:52 WIB

Sudan Selatan memisahkan diri dari Sudan dan berdiri sendiri menjadi negara merdeka sejak 9 Juli 2011, sebagai hasil referendum bulan Januari 2011. Proses pemisahan itu berjalan damai, tetapi setelah itu kedua negara bersitegang dalam berbagai permasalahan yang tak kunjung terselesaikan, termasuk soal minyak bumi, utang luar negeri, dan kekerasan yang terjadi di sekitar garis perbatasan yang tidak jelas.

Sudan menuduh Sudan Selatan mendukung pemberontak di wilayah Sudan, sedangkan Sudan Selatan menuduh Sudan membiayai pemberontak di wilayahnya.

Salah satu pangkal konflik terbesar adalah soal kekayaan minyak. Tiga perempat cadangan minyak Sudan sebelum terbagi dua kini berada di kawasan Sudan Selatan.

Akan tetapi, Sudan Selatan membutuhkan dua jalur pipa yang melewati wilayah Sudan sebagai satu-satunya sarana menyalurkan minyaknya ke pelabuhan ekspor di Laut Merah.

Sudan menuduh Sudan Selatan tak mau membayar ongkos sewa jalur pipa minyak ini. Sebaliknya, Sudan Selatan menuduh Sudan mencuri minyaknya yang dialirkan melalui pipa itu.

Magdi El Gizouli, peneliti dari lembaga pemikiran Rift Valley Institute, mengatakan, serangan yang terjadi di Jau tak mungkin terjadi tanpa keterlibatan tentara Pemerintah Sudan Selatan. Pertempuran itu sendiri, kata Gizouli, menjadi bagian dari ”proses tawar-menawar” antara Sudan Selatan dan Sudan terkait minyak tersebut.

Menteri Luar Negeri Sudan Ali Ahmed Karti mengundang Uni Afrika, perusahaan minyak China National Petroleum Corp dari China, Petronas dari Malaysia, dan India untuk turut menjadi penengah konflik dua negara tersebut.

Hari Selasa, Wakil Presiden China Xi Jinping mendesak kedua negara segera menyelesaikan konflik tersebut secepat mungkin. China menjadi pembeli utama minyak yang dihasilkan Sudan dan Sudan Selatan.(AFP/Reuters/AP/DHF)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com