Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ICRC Desak Evakuasi Wartawan dan Warga

Kompas.com - 26/02/2012, 01:47 WIB

BEIRUT, SABTU - Komite Internasional Palang Merah terus mendesak Pemerintah Suriah mengizinkan organisasi tersebut mengevakuasi para wartawan asing dan warga sipil yang terluka dari Distrik Bab al Amr di kota Homs, yang terus dibombardir peluru artileri pasukan pemerintah.

Hingga Sabtu (25/2), dua wartawan yang terluka, yakni reporter Edith Bouvier dari Perancis dan jurnalis foto asal Inggris, Paul Conroy, belum bisa dievakuasi dari distrik yang menjadi pusat gerakan pemberontak di Homs itu. ”Kaki saya patah sepanjang tulang paha secara vertikal, juga horizontal. Saya perlu dioperasi sesegera mungkin,” kata Bouvier dalam rekaman video yang diambil Kamis.

Bouvier dan Conroy terluka saat sebuah roket menghajar tempat yang dijadikan pusat media darurat di Homs, Rabu lalu. Wartawan perang asal Amerika Serikat, Marie Colvin, dan jurnalis foto Perancis, Remi Ochlik, tewas dalam serangan tersebut. Jasad mereka hingga saat ini juga belum bisa dievakuasi.

Menteri Luar Negeri Perancis Alain Juppe mendesak Pemerintah Damaskus untuk mengizinkan evakuasi para jurnalis.

”Kami berusaha lebih keras dari sebelumnya untuk menjamin evakuasi medis yang aman bagi para jurnalis asing,” tutur juru bicara Kementerian Luar Negeri Perancis, Bernard Valero.

Komite Internasional Palang Merah (ICRC) terus berunding dengan pejabat Pemerintah Homs untuk diizinkan melanjutkan evakuasi warga yang sakit dan terluka dari wilayah yang dikepung rapat tentara pemerintah itu.

Sehari sebelumnya, ICRC dan Bulan Sabit Merah Arab Suriah (SARC) mengirim 11 ambulans ke Bab al Amr. Namun, hanya tiga ambulans yang kembali dengan membawa tujuh orang yang terluka dan 20 wanita dan anak-anak untuk dibawa ke Ruma Sakit Al-Amine di Homs.

”Perundingan berlanjut di Homs untuk mendesak evakuasi mereka yang butuh perawatan medis segera,” kata juru bicara ICRC, Saleh Dabbakeh.

Pekan keempat

Pemerintah Suriah balik menuduh para pemberontak di Bab al Amr-lah yang menolak menyerahkan Bouvier dan Conroy serta dua jenazah wartawan yang tewas. ”Meski perundingan berlangsung berjam-jam, kelompok bersenjata di Bab al Amr menolak menyerahkan perempuan yang terluka itu (Bouvier) dan dua jenazah sehingga membahayakan nyawa wartawan Perancis itu,” ujar seorang pejabat pemerintah yang dikutip kantor berita resmi Suriah, SANA.

Nadir Husseini, aktivis di Bab al Amr, mengaku orang-orang di tempatnya tidak percaya kepada SARC karena dianggap bekerja untuk rezim Presiden Bashar al-Assad.

Hal itu dibantah ICRC, yang menegaskan SARC adalah mitra mereka di Suriah yang bekerja secara independen. ”Sukarelawan mereka mempertaruhkan nyawa tiap hari untuk menolong semua orang tanpa kecuali,” tandas Hicham Hassan, juru bicara ICRC di Geneva, Swiss.

Pengepungan dan bombardemen terhadap Bab al Amr sudah memasuki pekan keempat. Husseini mengatakan, intensitas pengeboman tidak berkurang dibanding 22 hari sebelumnya dan tidak seorang pun warga Bab al Amr berani meninggalkan lingkungan tempat tinggal mereka.

”Tak seorang pun berani lari dari sini, karena itu artinya mati seketika. Anda harus melewati tentara dan para penembak jitu, kemudian ada parit yang dibangun mengelilingi kawasan ini, dan setelah itu ada tentara lagi,” kata dia.

Ambisi hegemonik

Kantor berita milik Pemerintah China, Xinhua, menerbitkan komentar pada hari Sabtu, yang menuding AS dan Eropa punya maksud tersembunyi dalam usaha mereka mencampuri urusan dalam negeri Suriah.

”Sebagian besar negara Arab mulai menyadari bahwa AS dan Eropa menyembunyikan pisau belati di balik senyuman mereka. Dengan kata lain, saat mereka terkesan bertindak atas alasan kemanusiaan, mereka sebenarnya menyimpan berbagai ambisi hegemonik terhadap Suriah,” demikian isi artikel di Xinhua.

(Reuters/AFP/AP/DHF)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com