Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Danube Ditutup Total

Kompas.com - 10/02/2012, 07:31 WIB

Sementara itu, pasokan batubara untuk pembangkit listrik tenaga uap juga tersendat karena perjalanan kereta api pembawa batubara terganggu tumpukan salju.

Krisis listrik juga terjadi di negara tetangga Serbia, Bosnia, setelah angin puyuh menumbangkan tiang-tiang listrik dan memutus aliran listrik ke puluhan ribu warga. Di kota Mostar, kota terbesar kedua di Bosnia, sekitar separuh warganya harus menghadapi musim dingin ekstrem tanpa aliran listrik.

Juru bicara pemerintah kota Mostar, Pero Pavlovic, mengatakan, tumpukan salju mencapai ketebalan 80 sentimeter di sebagian besar wilayah kota sehingga mengganggu aktivitas warga.

Warga juga mengalami histeria untuk menumpuk bahan pangan sehingga mereka menyerbu toko-toko dan supermarket. Sebagian warga bahkan sempat adu jotos karena berebut membeli tepung terigu.

Namun, suhu dingin ekstrem ini ternyata belum cukup dingin untuk membuat lapisan es di kanal-kanal dan danau-danau di Belanda tebal. Oleh sebab itu, pihak penyelenggara Elfstedentocht, atau tur balap skating 11 kota, menyatakan membatalkan rencana pelaksanaan balapan tersebut.

Akhir Februari

Para ahli meteorologi memprediksi, kondisi dingin ekstrem di Eropa ini bisa bertahan hingga akhir Februari karena sampai kini belum ada tanda-tanda gelombang dingin dari kawasan kutub di Rusia utara akan mereda.

Ommar Baddour, ilmuwan dari Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), mengatakan, salah satu faktor penyebab gelombang dingin ini bertahan begitu lama adalah fenomena Osilasi Artik.

Osilasi Artik adalah perbedaan antara tekanan udara di kawasan Artik dan sebagian besar negara-negara Eropa yang terletak di koordinat garis lintang yang lebih rendah. Tahun ini, osilasi itu masuk fase negatif, yang menyebabkan suhu di Eropa relatif lebih dingin dari biasanya, saat suhu di Artik justru menghangat.

Baddour mengatakan, pola tekanan udara ini diharapkan akan berubah mulai minggu depan sampai akhir Februari nanti. (AP/AFP/Reuters/DHF)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com