New York, Sabtu -
Para aktivis yang sebagian besar menggelar demonstrasi di kawasan distrik finansial (Wall Street) selama dua pekan terakhir ditahan. Mereka melakukan aksi protes terbesar pada akhir pekan lalu. Mereka menentang dukungan pemerintah terhadap perbankan yang telah dikucuri dana talangan. Mereka juga marah pada pengaruh kuat perusahaan-perusahaan AS dalam ranah politik.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa korporasi raksasa AS, yang umumnya bermarkas dan go public di Wall Street, bisa memengaruhi kebijakan Pemerintah AS demi kepentingan mereka.
Hasil investigasi sebuah lembaga di AS sekitar sebulan lalu menyebutkan, sebagian dana talangan yang diberikan pemerintah ke perusahaan malah masuk ke kantong pribadi para eksekutif perusahaan.
Bahkan, lebih ironis lagi, gerakan korporasi itu mendapatkan pembebasan pajak, tetapi para eksekutifnya hidup kaya raya. Warga AS yang sedang didera kelesuan ekonomi berang dengan semua itu.
”Menduduki Wall Street”, demikian niat kelompok demonstran itu. Mereka menyatakan menggelar aksi itu di Manhattan sebagai tanda protes simbolis atas keadaan ekonomi dan iklim politik di AS saat ini. Beberapa demonstran membawa poster yang antara lain bertuliskan ”Akhir dari Fed”.
Fed adalah julukan bagi The Federal Reserves alias Bank Sentral AS, yang dianggap turut menjerumuskan perekonomian AS ke dalam krisis.
”Ada lebih dari 700 orang yang ditahan,” kata juru bicara kepolisian New York.
Para aktivis anti-Wall Street memulai kampanye mereka dengan menguasai Taman Zuccotti di jantung distrik finansial Manhattan. Lokasi ini tidak jauh dari lokasi aksi serupa di gedung Bursa New York pada 17 September. Selain itu, mereka juga menggelar protes di markas pusat kepolisian New York.