Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Munir Masih Relevan

Kompas.com - 09/09/2011, 17:05 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Komite Aksi Solidaritas untuk Munir (Kasum) menyesalkan pernyataan Juru Bicara Kepresidenan, Julian Pasha, yang menyatakan jika pelanggaran Hak Asasi Manusia dalam kasus pembunuhan aktivis HAM Munir Said Thalib sudah tidak relevan ditayangkan lagi.

Menurut Ketua Kasum, Choriul Anam, hingga saat ini, kasus Munir bukan merupakan kasus besar dalam dunia HAM, dan bukan merupakan tindak pidana biasa.

"Kita kembali mengingatkan bahwa pernah ada temuan Wikileaks yang menyatakan bahwa ada kawat kabel berkode 06JAKARTA9575 yang berisi pertemuan Lynn B Pascoe (Duta Besar AS untuk Indonesia) dengan Kapolri saat itu, Jenderal Sutanto. Pertemuan itu salah satunya membahas kasus pembunuhan munir," tutur Choirul dalam konferensi pers di Kantor Imparsial, Jakarta, Jumat (9/92011).

Laporan kawat tertanggal 28 Juli 2006 yang diperoleh The Sydney Moring Herald dari WikiLeaks tersebut mengindikasikan, diplomat AS, atas informasi dari beberapa pejabat tinggi kepolisian RI, menyakini bahwa Badan Intelijen Negara menyiapkan skenario untuk menghabisi nyawa Munir.

Saat itu BIN dipimpin oleh Hendropriyono. Pada kawat tersebut diplomat AS juga mengungkapkan keraguannya bahwa pemerintah akan mengadili otak di balik pembunuhan tersebut. Keraguan ini didasarkan pada pengakuan seorang pejabat kepolisian Indonesia yang menyebutkan dugaan keterlibatan tingkat tinggi dalam pembunuhan tersebut.

Choirul menilai, Sutanto mempunyai dugaan kuat BIN terlibat dalam pembunuhan Munir, tetapi belum mempunyai bukti-bukti yang otentik. Sutanto, kata Choirul, seharusnya dapat dengan mudah melakukan kebenaran dalam kasus tersebut, karena dirinya saat ini telah menjabat sebagai Kepala BIN.

"Dan seharusnya juga hasil temuan itu bisa menjadi masukan bagi Presiden sehingga tidak tiba-tiba meminta jubir membuat pernyataan yang ahistoris tersebut. Padahal, Presiden sempat menyatakan kasus Munir adalah the test of our history," kata Choirul.

Sementara itu, menurut Peneliti Imparsial, Al Araf, jika seandainya Kepala BIN belum berhasil membuktikan dugaannya sendiri, keterlibatan BIN dalam pembunuhan Munir bisa ditemukan dalam fakta-fakta persidangan, sejak Polycarpus, Indra Setiawan, maupun Muchdi Pr.

Oleh karena itu, ia mengatakan, keberadaan kawat diplomatik yang bocor itu saling memperkuat fakta-fakta persidangan yang sudah memiliki kekuatan hukum.

"Saat ini bola hanya di tangan Presiden. Maka kita tetap menyerukan bahwa kebutuhannya adalah Presiden yang berani menyelesaikan kasus Munir. Presiden tidak boleh melupakan pernyataan sendiri, dan Presiden juga harus meminta Jubirnya meralat pernyataannya itu," kata Al Araf.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jokowi Tanggapi Santai soal Fotonya yang Tak Terpasang di Kantor PDI-P Sumut

Jokowi Tanggapi Santai soal Fotonya yang Tak Terpasang di Kantor PDI-P Sumut

Nasional
Cuaca di Arab Saudi 40 Derajat, Jemaah Haji Diminta Jaga Kesehatan

Cuaca di Arab Saudi 40 Derajat, Jemaah Haji Diminta Jaga Kesehatan

Nasional
 Saksi Ungkap Direktorat di Kementan Wajib Patungan untuk Kebutuhan SYL

Saksi Ungkap Direktorat di Kementan Wajib Patungan untuk Kebutuhan SYL

Nasional
Pertamina Patra Niaga Akan Tetap Salurkan Pertalite sesuai Penugasan Pemerintah

Pertamina Patra Niaga Akan Tetap Salurkan Pertalite sesuai Penugasan Pemerintah

Nasional
Menteri KKP Targetkan Tambak di Karawang Hasilkan 10.000 Ikan Nila Salin Per Tahun

Menteri KKP Targetkan Tambak di Karawang Hasilkan 10.000 Ikan Nila Salin Per Tahun

Nasional
KPK Percaya Diri Gugatan Praperadilan Karutan Sendiri Ditolak Hakim

KPK Percaya Diri Gugatan Praperadilan Karutan Sendiri Ditolak Hakim

Nasional
Soal Kasus Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, KPK Diminta Evaluasi Teknis OTT

Soal Kasus Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, KPK Diminta Evaluasi Teknis OTT

Nasional
Kaesang Didorong Maju Pilkada Bekasi, Jokowi: Tanyakan PSI, itu Urusan Partai

Kaesang Didorong Maju Pilkada Bekasi, Jokowi: Tanyakan PSI, itu Urusan Partai

Nasional
Mahfud Khawatir Korupsi Makin Banyak jika Kementerian Bertambah

Mahfud Khawatir Korupsi Makin Banyak jika Kementerian Bertambah

Nasional
Persiapan Operasional Haji 2024, 437 Petugas Diterbangkan ke Arab Saudi

Persiapan Operasional Haji 2024, 437 Petugas Diterbangkan ke Arab Saudi

Nasional
Jokowi Tegaskan Jadwal Pilkada Tak Dimajukan, Tetap November 2024

Jokowi Tegaskan Jadwal Pilkada Tak Dimajukan, Tetap November 2024

Nasional
Setelah Geledah Kantornya, KPK Panggil Lagi Sekjen DPR Indra Iskandar

Setelah Geledah Kantornya, KPK Panggil Lagi Sekjen DPR Indra Iskandar

Nasional
Menteri KP: Lahan 'Idle' 78.000 Hektar di Pantura Bisa Produksi 4 Juta Ton Nila Salin Setiap Panen

Menteri KP: Lahan "Idle" 78.000 Hektar di Pantura Bisa Produksi 4 Juta Ton Nila Salin Setiap Panen

Nasional
Istana Sebut Pansel Capim KPK Diumumkan Mei ini

Istana Sebut Pansel Capim KPK Diumumkan Mei ini

Nasional
Deret 9 Kapal Perang Koarmada II yang Dikerahkan dalam Latihan Operasi Laut Gabungan

Deret 9 Kapal Perang Koarmada II yang Dikerahkan dalam Latihan Operasi Laut Gabungan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com