Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tripoli Lumpuh Total

Kompas.com - 02/09/2011, 02:39 WIB

Musthafa Abd Rahman

Tripoli, Kompas - Hidup di ibu kota Libya, Tripoli, saat ini sungguh menyiksa. Air, aliran listrik terputus-putus, dan bahan bakar minyak serta bahan pangan sulit ditemukan. Masalah keamanan tak menentu, terutama di malam hari. Di setiap sudut Tripoli terdapat tumpukan sampah dengan bau tak sedap yang menusuk.

Pecahan kaca dan selongsong peluru bekas pertempuran berserakan, khususnya di Lapangan Syuhada (dulu Lapangan Hijau). Gedung-gedung pemerintah dan rumah penduduk diwarnai kaca-kaca pecah dengan dinding berwarna hitam akibat hangus terbakar akibat pertempuran antara pasukan oposisi dan loyalis Khadafy.

Sulit memercayai tebaran ratusan atau ribuan selongsong peluru berserakan di jalan, terutama di Lapangan Syuhada. Ini merupakan sebuah pemandangan yang kontras dengan euforia warga Tripoli yang sedang dilanda semangat revolusi lantaran kotanya baru dibebaskan pekan lalu. Namun, pada waktu bersamaan, mereka harus menghadapi kondisi kehidupan buruk karena tiada atau terganggunya layanan di kota.

Di beberapa sudut kota Tripoli, sering ditemukan warga antre hanya untuk mendapatkan setetes air dari mobil tangki yang kebetulan lewat di distrik tertentu. Mobil tangki air itu pun sangat jarang mendatangi distrik-distrik karena mungkin sulit mendapat pasokan air.

Wartawan Kompas yang berada di Tripoli harus menahan diri untuk tidak mandi selama tiga hari. Air benar-benar langka. Mobil tangki air yang disediakan perusahaan swasta atau sindikat tertentu kini menjadi satu-satunya pemasok air di Tripoli.

Aliran air di Tripoli selama ini berasal dari dua sember, dari sungai buatan besar yang alirannya melewati kota Sirte, yang masih dikuasai loyalis Moammar Khadafy, dan sumur-sumur air di Gunung Hassouna di wilayah Berber, berjarak sekitar 400 kilometer di selatan Tripoli.

Opini publik yang beredar di Tripoli mencurigai loyalis Khadafy melakukan sabotase dengan cara memutus aliran air ke Tripoli dari sungai buatan besar yang melewati kota Sirte itu. Satu-satunya harapan untuk suplai air ke Tripoli saat ini adalah sumur-sumur di Gunung Hassouna. Namun, sumur-sumur di Gunung Hasssouna ditengarai belum bisa dioperasikan sepenuhnya karena rusak akibat perang.

Dewan Transisi Nasional (NTC) telah meminta lembaga-lembaga bantuan internasional terkait untuk ikut membantu pasokan air ke Tripoli. World Food Programme (WFP) PBB diberitakan sudah mengirim 500.000 liter air ke Tripoli melalui Malta. Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Anak-anak (Unicef) juga sudah mengirimkan 23.000 botol air dalam berukuran satu liter.

Lembaga Kemanusiaan European Union’s Humanitarian Office (ECHO) mengungkapkan, aliran air ke Tripoli berkurang sekitar 200.000 meter kubik per hari dan kini hanya ada pasokan air 100.000 meter kubik per hari untuk warga Libya berpenduduk sekitar dua juta jiwa.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com