Keputusan penetapan awal bulan hanya dilakukan berdasarkan kesaksian seseorang walau berdasar data hisab sebelum rukyat, hilal itu sebenarnya belum bisa dilihat. "Pemerintah Arab Saudi langsung menerima kesaksian seseorang yang melihat hilal, tanpa cek ulang terlebih dahulu," katanya.
Hilal yang diakui dilihat dan disahkan sebagai datangnya awal bulan ini disebut sebagai hilai syar'i. "Artinya, hilal yang dilihat sah secara syar'i (hukum agama), namun ditolak secara kelimuan," katanya.
Kondisi ini juga terjadi dalam penetapan 1 Syawal tahun ini. Secara teoretis, di Mekah pada Senin (29/8/2011) petang, sesaat sebelum Matahari terbenam, ketinggian hilal baru mencapai 44 menit derajat alias kurang dari satu derajat. Padahal, syarat penampakan hilal jauh lebih tinggi dari ketinggian hilal di Mekah kemarin.
Kriteria imkan rukyat yang dipakai di Indonesia yang mengacu kepada kesepakatan Menteri-Menteri Agama Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam dan Singapura mensyaratkan hilal dapat diamati jika memiliki ketinggian minimal 2 derajat dan jarak sudut hilal-Matahari minimal 3 derajat.
Sementara kriteria rukyat hilal ICOP yang dikembangkan oleh ilmuwan Yordania Mohammad Odeh mensyaratkan hilal dapat diamati jika mememiliki jarak sudut minimal 6,4 derajat dan ketinggian minimal 6 derajat untuk diamati dengan mata telanjang atau ketinggian minimal 4 derajat untuk diamati dengan alat bantu.
Perukyat dari Laboratorium Bumi dan Antariksa, Jurusan Pendidikan Fisika, Universitas Pendidikan Indonesia Judhistira Aria Utama di Bandung mengakui penetapan hilal di Arab Saudi memang seringkali menimbulkan kontroversi, termasuk dalam penentuan 1 Syawal tahun ini.
Ketinggian hilal di Mekkah saat Matahari terbenam Senin kemarin yang hanya 44 menit derajat hampir tidak mungkin bisa diamati dengan menggunakan peralatan apapun, apalagi dengan mata telanjang.
Putusan pemerintah Arab Saudi juga seringkali diprotes oleh Komunitas Astronom Yordania (Jordan Astronomical Society/JAS). Namun kuatnya otoritas kerajaan Arab Saudi membuat penolakan para astronom JAS tersebut kurang diperhatikan.
Sementara para astronom Arab Saudi seringkali dianggap tidak independen karena membenarkan kesaksian hilal yang secara teoretis tidak mungkin.
Ikut Arab Saudi Judhistira mengakui keputusan pemerintah Arab Saudi yang kontroversial itu banyak diikuti oleh negara-negara lain. Padahal, tidak ada ketentuan agama yang mengharuskan negara-negara diluar Arab Saudi harus mengikuti ketentuan Arab Saudi dalam penentuan awal bulan.