Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bebas dari Sekapan Tentara Khadafy

Kompas.com - 26/08/2011, 12:16 WIB

Karadsheh dan juru kamera itu lalu menceritakan apa yang mereka tahu, yaitu rezim Khadafy telah tumbang. Ketika seorang pria yang menyebut dirinya tentara memasuki hotel, pria bersenjata itu bertanya tentang situasi di luar. "Kamu berada di luar sana. Katakan padaku, apa yang sebenarnya terjadi. Apakah seperti yang mereka katakan kepada kita?" "Ya," jawab tentara itu. Para pemberontak memang memegang kendali. Pemerintahan Khadafy di Libya telah berakhir.

Karadsheh menangkap momen itu dengan emosional. Keluarganya merindukannya, katanya kepada pria itu, seperti juga keluarga 30-an wartawan yang lain. "Pikirkan anak-anak Anda," kata Karadsheh. "Anda di sini sendirian, biarkan kami pergi."

Pada awalnya, pria itu membela Khadafy dengan mengatakan, Khadafy telah membawa demokrasi ke Libya. Bangsa Libya berkembang di bawah kepemimpinannya. Sebelumnya, ia bilang kepada Karadsheh bahwa ia melindungi wartawan. Ia ingin anak-anaknya tahu ia akan berjuang sampai akhir.

Karadsheh dan juru kamera itu mengingatkannya, semua pejabat senior—dan sekarang bahkan rekan-rekan mudanya—telah meninggalkan Khadafy. Sudah waktunya untuk menyerah. "Perlahan-lahan, ia mulai berubah." Juru kamera itu perlahan-lahan melucuti senjata tentara dan pria bersenjata tersebut. Tanpa senjata, pria itu memandang para wartawan dan berkata, "Anda bisa pergi sekarang."

Karadsheh segera bernegosiasi dengan Komite Palang Merah Internasional untuk membawa mobil ke hotel. Sebelum pergi, dia menyampaikan selamat tinggal kepada pria itu. "Jomana, keluar dari sini," katanya. "Pulanglah ke rumah. Libya sudah berakhir. Akan ada pertumpahan darah selama bertahun-tahun ke depan."

Chance menyaksikan dari dekat saat rekannya berbicara dengan pria itu. "Saya melihat transformasi ini. Orang-orang ini tadinya pendukung keras Khadafy, lalu menyadari bahwa rezim Khadafy sudah menjadi sejarah masa lalu. Itu adalah transisi yang luar biasa untuk disaksikan. Saya pikir itu bagian paling mengharukan dari krisis ini secara keseluruhan."

Karadsheh mengatakan, "Pada akhirnya, kita semua manusia. Dan, itulah yang terjadi, berhubungan dengan dia sebagai manusia."

Ketika keluar dari Rixos, para wartawan khawatir akan penembak jitu. Namun, ternyata tidak ada. Mobil BBC dan Komite Palang Merah Internasional berhenti di hotel. Mereka menumpuk di dalam. "Krisis Rixos berakhir. Semua wartawan keluar!" kata Chance di Twitter. Di dalam mobil, ia menelepon CNN. Ia menggambarkan akhir dari cobaan mereka. Karadsheh duduk di sampingnya, air mata mengalir di wajahnya. "Kami tidak akan di sini (bebas) jika bukan karena dia," kata Chance kemudian. Namun, Karadsheh memuji sang juru kamera. "Itu usaha tim."

Putri Chance akan segera melihat ayahnya. Ia berencana pulang pada hari pertama putrinya masuk sekolah, 5 September mendatang. Akan tetapi, pertama-tama dia berhenti di Lapangan Martir, nama baru untuk Lapangan Hijau, di mana penduduk Tripoli yang bergembira mengguyurnya dengan bunga. "Mereka tidak merayakan kebebasan saya," katanya. "Mereka merayakan kebebasan Libya."

Karadsheh terkejut dengan adegan yang berbeda dari minggu sebelumnya, ketika Tripoli masih dipenuhi wajah-wajah murung. Hari ini, ia mencatat, semua orang tersenyum. Foto-foto Khadafy telah dirobohkan. "Saya keluar dan melihat Libya yang baru," katanya. Hari Kamis, sehari setelah dibebaskan, dia kembali ke hotel untuk mengumpulkan barang-barang pribadinya. "Saya sedikit panik ketika kami mendekat," katanya. "Tapi, hal pertama yang saya lihat adalah bendera pemberontak tergantung di Rixos. Saya lalu merasa nyaman."

Segera, ia kembali ke mobil, menyeberangi perbatasan menuju Tunisia, menuju rumah. Seperti yang dia katakan kepada pria bersenjata itu, dia rindu melihat orang-orang tercintanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com