Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

pengeboman Stop jika Libya Berunding

Kompas.com - 11/07/2011, 09:24 WIB

PARIS, KOMPAS.com — NATO akan stop bombardir Libya jika loyalis Khadafy dan para pemberontak duduk satu meja dan memulai perundingan secara langsung, kata Menteri Pertahanan Perancis Gerard Longuet, sebagaimana dikutip The Telegraph, Senin (11/7/2011).

Longuet mengatakan, NATO akan menghentikan pengeboman begitu berbagai pihak di Libya berbicara satu sama lain. Komentar Longuet itu tampaknya merupakan perubahan signifikan dari posisi Perancis terkait konlik Libya meskipun Paris mengatakan, tujuannya tetap, yaitu agar Kolonel Moammar Khadafy menyerahkan kekuasaannya.

Perancis dan Inggris, berdasarkan madat PBB, telah memelopori serangan udara yang dipimpin NATO di Libya guna melindungi warga sipil. Perancis juga negara pertama yang memulai serangan udara terhadap pasukan yang setia kepada Khadafy. Setelah pengeboman lebih dari tiga bulan, para pemimpin internasional terjebak pada bagaimana mengakhiri perang itu. Saat ini, para  pemberontak mengusai sebagian besar wilayah timur Libya dan telah melonggarkan pengepungan mereka terhadap kota Misurata, tetapi tidak mampu membuat terobosan yang menentukan ke Tripoli, ibu kota Libya, meski NATO menyerang pasukan Khadafy.

Khadafy telah menolak seruan untuk menyerahkan kekuasaan di tengah gempuran serangan pemberontak yang bertujuan mengakhiri pemerintahannya yang telah berlangsung 41 tahun.

"Kami telah meminta mereka untuk berbicara satu sama lain," kata Longuet, yang pemerintahnya sampai sekarang termasuk yang paling agresif di Libya, kepada televisi Perancis. "Posisi TNC (Dewan Transisi Nasional yang merupakan bentukan para pemberontak) sangat jauh dari posisi kubu Khadafy. Sekarang, ada kebutuhan untuk duduk di sekitar meja," kata Longuet.

Para pemberontak telah berulang kali menuntut bahwa Pemimpin Libya itu harus mundur sebelum perundingan dimulai demi sebuah transisi politik. Namun, persyaratan itu berkali-kali pula telah ditolak para pendukung Khadafy.

Longuet menambahkan, "Kami (NATO) akan menghentikan pengeboman secepat Libya berbicara satu sama lain dan militer dari kedua pihak kembali ke barak mereka. Mereka sekarang dapat berbicara satu sama lain karena kami telah menunjukkan kepada mereka bahwa tidak ada solusi dengan kekuatan bersenjata."

Diskusi antara kedua belah pihak telah terjadi di belakang layar selama berminggu-minggu, tetapi masa depan Khadafy telah menjadi batu sandungan utama. Pemberontak sejauh ini menolak untuk mengadakan pembicaraan selama Khadafy masih berkuasa, sikap yang hingga kini tidak ditentang secara terbuka oleh satu pun kekuatan NATO.

Longuet juga tampaknya meninggalkan pintu terbuka bagi Khadafy untuk tetap di Libya. Ketika ditanya apakah mungkin untuk mengadakan perundingan jika Khadafy tidak mundur, ia menjawab, "Dia akan berada di ruangan lain di dalam istananya, dengan status yang lain."

Alain Juppe, Menteri Luar Negeri Perancis, mengatakan, tidak ada pembicaraan yang benar-benar bisa dimulai sampai ada gencatan senjata yang kredibel di bawah kontrol PBB.

Dalam menanggapi komentar Longuet, Departemen Luar Negeri AS menegaskan, Khadafy harus pergi.

Sementara itu, Saif Khadafy, putra Khadafy yang paling menonjol, mengklaim bahwa pemerintahan ayahnya sedang dalam pembicaraan dengan Pemerintah Perancis, bukan dengan pemberontak. Dalam sebuah wawancara dengan El Khabar, sebuah harian Aljazair, ia berkata, "Utusan kami untuk (Nicolas) Sarkozy mengatakan bahwa Presiden Prancis itu sangat jelas (dengan posisinya) dan mengatakan kepada utusan kami itu bahwa "Kami (Perancis) yang menciptakan dewan (pemberontak), dan tanpa dukungan, uang, dan senjata kami, dewan tidak akan pernah ada'."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com