Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Abhisit Mengaku Kalah

Kompas.com - 04/07/2011, 07:32 WIB

BANGKOK, KOMPAS.com - Perdana Menteri Thailand Abhisit Vejjajiva mengakui kekalahan partainya dalam pemilihan umum di Thailand, Minggu (3/7). Abhisit menyatakan akan memberi kesempatan bagi Yingluck Shinawatra untuk membentuk pemerintahan, sementara pihaknya siap menjadi oposisi.

Pernyataan Abhisit disampaikan di Bangkok, Minggu malam, setelah penghitungan suara melampaui 80 persen. Hasil sementara menunjukkan, Partai Puea Thai, yang dipimpin Yingluck Shinawatra, telah meraih 251 kursi dari total 500 kursi di parlemen, atau sudah melebihi mayoritas yang dibutuhkan untuk membentuk pemerintahan.

”Hasilnya sudah jelas, Puea Thai telah memenangkan pemilu dan (Partai) Demokrat kalah,” ujar Abhisit kepada pendukungnya di markas Partai Demokrat.

Abhisit juga memberi sinyal ia tak akan menghalang-halangi Yingluck, adik mantan PM Thaksin Shinawatra, membentuk pemerintahan baru di Thailand. ”Saya akan memberi kesempatan kepada Yingluck, perempuan pertama yang akan membentuk pemerintahan (di Thailand). Saya ingin melihat persatuan dan rekonsiliasi. Demokrat siap menjadi oposisi,” papar Abhisit, yang menjabat PM sejak 2008.

Sore harinya, Partai Demokrat masih belum menerima kekalahan dalam pemilu kali ini. Juru bicara partai politik tertua di Thailand itu mengatakan, pihaknya masih unggul di daerah pemilihan Bangkok dan sekitarnya, dan pemenang baru ditentukan setelah hasil penghitungan suara final telah diumumkan.

Partai Demokrat, yang didukung militer dan kalangan elite di pusat pemerintahan Thailand, memang memiliki pendukung kuat di Bangkok dan kawasan Thailand selatan. Namun, mereka sulit mendapat dukungan di daerah utara dan timur laut. Partai ini belum pernah sekalipun memenangi pemilu dalam dua dekade terakhir.

”Boneka” militer

Abhisit sendiri naik ke pucuk kekuasaan tidak melalui pemilu, melainkan pemungutan suara di parlemen setelah pengadilan membubarkan pemerintahan sebelumnya. Itu sebabnya, Abhisit oleh lawan-lawan politiknya disebut sebagai ”boneka” pihak militer dan kalangan elite Bangkok.

Meski ia berjanji akan mempersatukan kembali Thailand setelah gejolak politik yang memakan korban jiwa, perpecahan di kalangan rakyat Thailand justru makin tajam di bawah pemerintahan Abhisit.

Oleh kalangan pengamat, politisi kelahiran Newcastle, Inggris, ini tidak memiliki keluwesan untuk berkomunikasi dengan rakyat jelata. Bahkan, saat berkampanye pun, Abhisit terlihat tidak nyaman berada di tengah kerumunan massa dan canggung saat menunjukkan kedekatan dengan rakyat, misalnya saat mencium bayi para pendukungnya.

”Menurut saya, dia berubah menjadi pemimpin yang sangat dingin dan tinggal di menara gading. Dia terlihat sangat tidak nyaman setiap kali ia turun ke sawah,” tutur Pavin Chachavalpongpun, pengamat politik Thailand dari Institute of Southeast Asian Studies, Singapura.

Abhisit pertama kali terjun dalam dunia politik Thailand pada 1992 setelah terpilih sebagai anggota parlemen termuda di Thailand pada usia 27 tahun. Tahun 2006, ia menyatakan ambisinya untuk menjadi PM.

Kini, setelah partainya kalah, lulusan Universitas Oxford, Inggris, ini diduga kuat akan mundur dari Partai Demokrat. ”Saya menyadari masa depan politik saya,” ujarnya. (AP/AFP/DHF)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com