Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kitaro: Alam Itu Dahsyat

Kompas.com - 10/04/2011, 07:18 WIB

Di Jakarta, Kitaro berbagi spirit alam itu. Konser diawali dalam suasana panggung remang-remang. Sosok Kitaro tampak seperti bayangan. Dalam suasana senyap terdengarlah seperti gumam lirih ribuan suara. Paduan gumam itu datang dari synthesizer yang ia mainkan.

Di tengah gumam itu terdengar denting lonceng kecil yang bening. Kemudian koto, instrumen petik Jepang itu berdenting-denting dipetik dengan teknik glisando atau dipetik beruntun. Alat berdawai 12 itu terdengar seperti ricik air kali yang bening. Melodinya bercengkok Jepang. Atmosfer hening kontemplatif terasa hadir menaungi arena.

Ketika cahaya menerang, tampak Kitaro berada di titik tengah panggung.

Ia duduk dikepung seperangkat instrumen. Tersebutlah synthesizer seperti mini moog dan Korg, serta alat petik khas Jepang, koto. Ia memainkan keyboards sambil memejamkan mata. Setiap bunyi terkesan ia hayati dalam-dalam seakan tidak ada satu nada pun yang boleh keluar sia-sia. Ekspresi wajah, gerak tangan, dan tubuhnya berselaras dengan suara yang keluar. Sebelah tangannya kadang memberi semacam aba layaknya dirigen musik.

Kitaro dikawal lima awak, masing-masing pada biola, perkusi, gitar elektrik, dan dua pemain keyboards. Kitaro juga membawa koto, flute tradisional, alat tiup tibet serupa terumpet dengan panjang sekitar 2 meter, serta taiko atau bedug tradisional Jepang.

Lewat synthesizer, Kitaro menyerap bunyi-bunyi tradisi terutama rasa Asia. Ia juga menangkap suara alam seperti ricik air, desau angin, ombak laut, kicau burung. Saat datang ke Jakarta pada tahun 1995 ia pernah mengatakan. ”Di mana saja kita mendapatkan musik. Masalahnya bagaimana kita mampu merasakannya sebagai sebuah musik,” katanya.

Dengan perangkat instrumen itu, musik Kitaro menjadi khas. Rasa Timur dan Barat terpadu dengan manis. Di dalam musiknya terasa paduan rasa tradisi Asia dan modern; kuno dan kontemporer. Elektrik dan akustik. Ada yang menyebut musik Kitaro sebagai New Age, namun Kitaro merasa istilah itu tidak tepat.

Di tengah teknologi instrumen musik, rasa tradisi itu tidak tenggelam. Lewat synthesizer, Kitaro mampu menciptakan sintesa unik dari instrumen musik tradisional Asia dan elemen suara alam.

Kitaro tidak terperangkap pada tradisi itu sendiri, namun ia membawa elemen tradisi melampaui sekat-sekat regional, melintasi batas-batas kebangsaan. Dan terbukti, musik Kitaro sampai ke telinga publik dari berbagai negeri.

Penikmat musik di Jakarta, misalnya, merasa tersentuh musik Kitaro, seperti mereka tersentuh oleh duka bencana di Jepang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com