Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Koalisi Menggempur Libya

Kompas.com - 21/03/2011, 03:44 WIB

Tembakan pertama itu atas perintah Presiden Perancis Nicolas Sarkozy, yang juga disetujui Menlu AS Hillary R Clinton, setelah pertemuan yang diikuti pemimpin 22 negara di Paris, Sabtu siang. Mereka membahas krisis Libya. Hadir Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon dan utusan Liga Arab. Forum setuju penerapan zona larangan terbang di Libya.

Kekuatan koalisi

Teisseire mengatakan, Perancis menyiapkan 20 pesawat untuk operasi di atas Libya. Perancis memiliki 120 pesawat tempur, sebagian besar jet Rafale dan Mirage 2000. Kapal induknya, Charles de Gaule, yang membawa 15 jet tempur, berangkat ke Libya, Minggu. Perancis memiliki pangkalan udara di Solenzara, sebuah pulau di Laut Tengah, satu jam penerbangan dari Libya dengan jet tempur.

”Sebagai bagian dari pasukan koalisi, Uni Emirat Arab telah menjanjikan 24 pesawat (Mirage 2000-9 dan F-16) dan Qatar antara empat atau enam pesawat 2000-5,” kata Teisseire.

Inggris mengerahkan sejumlah jet Tornado GR4 dan Topan yang diterbangkan dari basis Royal Air Force, 3.000 mil (4.800 km) di daerah timur Norfolk di Inggris. Operasi juga didukung pesawat VC10 dan pesawat pengisian BBM Tristar, seperti E3D Sentry dan Sentinel surveilans. Kapal perang HMS Cumberland dan HMS Westminster juga dikerahkan.

AS menyiapkan 20 jet tempur, serta sekitar tujuh kapal perang. Kanada mengirim kapal perang HMCS Charlottetown, dan sejumlah pesawat tempur. Selain Italia, Denmark juga mengirim enam pesawat tempur.

Fajar Odyssey

Zona larangan terbang atas Libya sesuai dengan resolusi PPB yang diterapkan Kamis lalu. Barat meminta bantuan Arab untuk aksi militer itu setelah para menlu Liga Arab menyerukan zona larangan terbang sebelumnya. Sebagai jawaban Jordania, Maroko, Qatar, Uni Emirat Arab, dan Sekjen Liga Arab menghadiri pertemuan puncak di Paris itu.

Qatar dan beberapa negara Eropa, termasuk Belgia, Belanda, Denmark, dan Norwegia, memastikan akan mengambil bagian dalam intervensi militer yang disetujui PBB di Libya. Koalisi melakukan Operasi Fajar Odyssey untuk melindungi rakyat sipil dari pembantaian kejam Khadafy yang tidak mengindahkan penerapan zona larangan terbang.

Berbicara seusai pertemuan, Hillary mengatakan, tujuan resolusi PBB ”untuk melindungi warga sipil dan memberikan akses bagi bantuan kemanusiaan”, tidak khusus menggulingkan Khadafy. ”Kami juga mulai menerapkan resolusi untuk menciptakan lingkungan baru di mana rakyat yang akan bertindak.”

Libya menyebut resolusi PBB yang menerapkan zona larangan terbang sebagai ”ilegal”.

Khadafy, Minggu, mengatakan, rakyatnya sedang mempersiapkan sebuah perang panjang dan akan mengalahkan Barat. Sumber yang dekat dengan Khadafy mengatakan, rezim sedang mendistribusikan 1 juta senjata kepada rakyat untuk berperang melawan Barat dan oposisi yang disebut sebagai ”pemberontak”.

”Semua rakyat Libya bersatu. Pria dan wanita Libya telah diberi senjata dan bom. Anda tak akan maju, Anda tidak akan menginjak tanah ini,” kata Khadafy dalam pesan audio yang ditayangkan televisi nasional Libya. Para pemimpin Inggris, Perancis, dan AS akan jatuh seperti Hitler, Mussolini,” katanya. ”Semua tiran jatuh di bawah tekanan massa populis.” (AFP/AP/REUTERS/CAL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com