Ohashi dan rekan-rekannya terus sibuk mengurus para lansia itu, memberi mereka makan sedikit tuna kaleng dan sedikit roti dengan senter. Dalam gelap gulita, para tenaga staf membantu para lansia tidur di tikar.
”Kami dalam isolasi total. Kami takut meninggalkan panti karena tsunami dan gempa bisa sewaktu-waktu terjadi,” kata Ohashi yang kemudian bisa menghubungi putranya yang berusia 12 tahun lewat telepon seluler.
Hari Minggu, saat air sudah surut, sebuah tim penyelamat darurat tiba di rumah perawatan itu. Mereka membuka jalan bagi para lansia untuk menyelamatkan diri. Tak ada yang cedera.
Ohashi bertemu keluarganya di tempat penampungan di Sendai. ”Saya begitu gembira melihat putra dan putri saya. Saya tak punya kata-kata untuk mengungkapkannya. Saya begitu bahagia,” ungkapnya.