Penerapan zona larangan terbang di Libya kini sangat tergantung dari diplomasi antarpemerintah, terutama karena sikap Amerika Serikat yang terlalu hati-hati. AS menyebut permintaan Liga Arab menerapkan zona larangan terbang di Libya sebagai langkah penting. Namun, Washington terkesan hati-hati untuk mengintervensi langsung.
Sekretaris Jenderal Liga Arab Amr Moussa mengatakan, pihaknya ”Secara resmi meminta Dewan Keamanan (DK) PBB untuk menerapkan zona larangan terbang untuk menghadapi aksi militer terhadap rakyat Libya.”
Dukungan resmi Liga Arab ini memenuhi satu dari tiga syarat yang diajukan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) untuk mengawasi wilayah udara Libya. Dua syarat lain adalah bukti bahwa larangan terbang dibutuhkan, dan resolusi dari DK PBB.
”Dukungan regional adalah satu dari tiga syarat. Ketiga syarat itu tak akan berubah dan kami tidak memiliki mandat dari PBB,” kata seorang pejabat NATO.
AS terlihat enggan memimpin upaya menggulingkan Khadafy dan tak mengajukan proposal apa pun untuk pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB. Bahkan, meskipun Dewan Keamanan PBB bertemu, belum jelas apakah akan dihasilkan resolusi karena dua pemegang hak veto, China dan Rusia, telah menyatakan sikap menentang ide itu.