Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasukan Khadafy Kuasai Brega

Kompas.com - 14/03/2011, 03:13 WIB

AJDABIYAH, MINGGU - Pasukan yang loyal terhadap pemimpin Libya, Moammar Khadafy, meraih kemenangan strategis dengan merebut kota Brega, Minggu (13/3). Serangan bertubi-tubi yang mereka lancarkan memaksa kelompok antipemerintah mundur ke wilayah timur Libya.

Kehilangan Brega, salah satu kota produsen minyak di Libya, cukup telak memukul kubu oposisi. Sebelumnya mereka telah dipukul mundur dari kota produsen minyak lainnya, Ras Lanuf, yang mempersempit akses kelompok antipemerintah pada bahan bakar.

Kekalahan ini mulai meruntuhkan motivasi para pejuang yang menuntut mundurnya Khadafy ini. ”Tak ada lagi pemberontakan. Sebelumnya di Ras Lanuf, lalu Brega, lusa mereka akan tiba di Benghazi,” kata pejuang antipemerintah, Nabeel Tijouri, yang mengaku senjata beratnya hancur dalam pertempuran.

Sumber militer Pemerintah Libya dalam pernyataan resmi di televisi pemerintah mengatakan, ”Brega telah dibersihkan dari gerombolan bersenjata.”

Brega terletak 220 kilometer di selatan Benghazi, kota kedua terbesar di Libya yang selama ini menjadi pusat kekuasaan kubu oposisi. Tinggal kota Ajdabiyah yang membentengi Benghazi dari pasukan Khadafy yang telah menguasai Brega. Letak Ajdabiyah cukup strategis dari kota ini terdapat jalan darat, baik menuju Benghazi maupun Tobruk, kota di perbatasan Libya dan Mesir.

Dataran Libya yang didominasi padang pasir membuat serangan udara dan pasukan tank pemerintah jauh lebih unggul dibandingkan antusiasme kelompok oposisi yang hanya memiliki senjata ringan. Mereka hanya bisa berlindung di kota-kota.

”Mereka (tentara Khadafy) sudah meninggalkan Brega. Mereka dalam perjalanan, mungkin dalam setengah jam serangan roketnya sudah sampai di sini,” ujar Masoud Bwisir, pejuang antipemerintah yang berjaga di sisi barat Ajdabiyah.

Sementara itu, setelah merebut kembali kota Zawiyah di barat, pasukan Khadafy yang dilengkapi tank mendekati kota Misrata. Kota terbesar ketiga di Libya ini menjadi satu-satunya kantong pejuang revolusi yang tidak terletak di wilayah timur.

Namun, kelompok antipenerintah melaporkan, terjadi pemberontakan di dalam kubu Khadafy sebelum masuk Misrata.

”Sejak pagi mereka bertempur antara mereka sendiri. Perpecahan ini menguntungkan kami, di saat kami merasa perjuangan kami sudah berakhir. Kini kami menunggu apa yang terjadi selanjutnya,” kata Mohammed, salah seorang pejuang, kepada Reuters melalui telepon.

Diplomasi

Penerapan zona larangan terbang di Libya kini sangat tergantung dari diplomasi antarpemerintah, terutama karena sikap Amerika Serikat yang terlalu hati-hati. AS menyebut permintaan Liga Arab menerapkan zona larangan terbang di Libya sebagai langkah penting. Namun, Washington terkesan hati-hati untuk mengintervensi langsung.

Sekretaris Jenderal Liga Arab Amr Moussa mengatakan, pihaknya ”Secara resmi meminta Dewan Keamanan (DK) PBB untuk menerapkan zona larangan terbang untuk menghadapi aksi militer terhadap rakyat Libya.”

Dukungan resmi Liga Arab ini memenuhi satu dari tiga syarat yang diajukan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) untuk mengawasi wilayah udara Libya. Dua syarat lain adalah bukti bahwa larangan terbang dibutuhkan, dan resolusi dari DK PBB.

”Dukungan regional adalah satu dari tiga syarat. Ketiga syarat itu tak akan berubah dan kami tidak memiliki mandat dari PBB,” kata seorang pejabat NATO.

AS terlihat enggan memimpin upaya menggulingkan Khadafy dan tak mengajukan proposal apa pun untuk pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB. Bahkan, meskipun Dewan Keamanan PBB bertemu, belum jelas apakah akan dihasilkan resolusi karena dua pemegang hak veto, China dan Rusia, telah menyatakan sikap menentang ide itu.

(AP/afp/reuters/was)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com