Kini rakyat Arab mulai memberontak terhadap tipikal pemimpin tahun 1950-an dan 1960-an itu yang mempraktikkan pemerintahan korup, menjalankan kepemimpinan otoriter, dan gagal menyejahterakan rakyatnya.
Maka, pintu perubahan di dunia saat ini adalah bertolak dari isu kemiskinan, pengangguran, sistem politik, keamanan dan represif, serta praktik korupsi secara luas. Tiadanya keadilan sosial dan tiadanya kesetaraan dalam kewarganegaraan.
Penggalang perubahan di dunia Arab saat ini bukan lagi partai, institusi militer, atau tokoh tertentu seperti tahun 1950-an dan 1960-an, melainkan generasi muda Arab yang sejak lahir hingga masa remaja hidup di bawah tekanan pemerintahan otoriter dan tidak memiliki harapan masa depan.
Mereka sudah kehilangan kesabaran dan bahkan merasa terhina karena harga dirinya sudah diinjak-injak. Hal ini ketika mereka melihat rekannya, Mohammed Bouazizi (26), di Tunisia bunuh diri dengan membakar diri hanya lantaran dagangan buah-buahan dan sayur-sayurannya disita polisi.
Generasi muda Tunisia lalu bangkit melawan rezim represif yang sudah 23 tahun berkuasa, kemudian disusul generasi muda Mesir mengganyang rezim negeri yang sudah berkuasa 30 tahun. Memasuki hari ke-12 gerakan rakyat di Kairo, Alexandria, Suez, dan sejumlah tempat lain di Mesir saat ini, Presiden Mesir Hosni Mubarak masih juga bergeming.