Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Krisis Pangan dan Pergolakan di Arab

Kompas.com - 02/02/2011, 07:56 WIB

Prof Nouriel Roubini dari Universitas New York, yang memimpin lembaga Roubini Global Economics, termasuk yang meyakini bahwa penyebab krisis di kawasan Arab adalah krisis pangan. Akan tetapi, ia menyayangkan masalah krisis pangan sebagai akar masalah kerusuhan politik di sejumlah negara itu sepertinya tidak pernah diungkap ke permukaan.

”Yang terjadi di Tunisia dan sekarang di Mesir serta kerusuhan di tempat lain bukan hanya karena tingkat pengangguran yang tinggi, tetapi juga karena krisis pangan,” kata Roubini.

Ia menyebutkan, harga pangan di Mesir pada awal Januari naik 17 persen. Hal ini akibat kenaikan harga komoditas di pasar internasional. Spekulasi harga komoditas memperparah keadaan.

Roubini menyoroti soal spekulasi ini. Ia menyatakan, pascakrisis finansial beberapa waktu lalu, para pemilik modal yang semula bermain di pasar finansial kembali ke pasar komoditas. Hasilnya? Pasar komoditas yang semula sudah dingin setelah krisis pangan 2008 kembali memanas akibat spekulasi di pasar komoditas makin meningkat. Ia mengakui, sumber utama krisis pangan adalah perubahan iklim, tetapi spekulasi harga memperparah keadaan.

”Perkembangan di Mesir sangat mungkin memengaruhi bagian lain di dunia. Hal ini akan berdampak pada pertumbuhan global,” katanya.

Ia memperingatkan, unjuk rasa dan kerusuhan bisa terjadi di India, Pakistan, China, dan negara-negara di Amerika Latin apabila krisis pangan menimpa negara-negara itu.

Secara global, kondisi saat ini bisa memburuk karena sejumlah analisis menyatakan bahwa krisis pangan tahun ini makin parah sebagai dampak perubahan iklim. Indonesia, yang juga sudah diperingatkan oleh Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), sangat mungkin terkena krisis pangan. Jika ini terjadi, krisis politik pun bisa menjalar ke Indonesia.

Sudah tentu masalah krisis pangan di Indonesia akan makin memanas jika masalah korupsi dan masalah kemiskinan tidak segera dicarikan jalan keluar. (ANDREAS MARYOTO)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com