”Waktu itu banyak sekali bayi-bayi yang dibuang di jalan atau di semak-semak. Ini karena adanya peraturan yang hanya memperbolehkan satu keluarga satu anak. Kira-kira ada 100 bayi yang diangkat anak oleh kami yang berasal dari Indonesia,” kata Wu.
Semua kesulitan-kesulitan itu mereka jalani dengan kesabaran. Kini mereka mengaku sudah hidup enak. Dengan pensiun sebesar 1.000 yuan atau sekitar Rp 1,3 juta per bulan, mereka sudah merasa cukup. Anak-anak
Walau telah 50 tahun tinggal di Yingde, ternyata jiwa mereka masih merasa sebagai orang Indonesia. Tidak ada dendam di hati mereka kepada Pemerintah Indonesia. ”Itu bagian dari sejarah hidup. Tidak ada yang perlu disesali. Indonesia tetap berada di hati kami,” kata Gunawan dengan tersenyum.
Bukti mereka masih sangat mencintai Indonesia adalah mereka tetap berbahasa Indonesia kepada anak cucu mereka. Memasak makanan Indonesia, dan yang lebih hebat lagi, mengajarkan anak cucu mereka tarian dan lagu-lagu Indonesia. Bahkan, bermain angklung sudah menjadi kebiasaan anak-anak generasi ketiga mereka.
Ketika
”Inilah kegiatan kami saat ini, terus berusaha mempromosikan budaya Indonesia agar terjalin persahabatan antara China dan Indonesia,” kata Huang Hui Lan, yang juga berasal dari Aceh. Huanglah yang merintis, mengelola, dan mengatur Sanggar Seni Budaya Sukarelawan ini. Bahkan, putri bungsu Huang, Zheng Ying, sekarang sedang berada di Indonesia untuk belajar bahasa Indonesia dan sekaligus belajar menari di Solo.
Huang sendiri kini mampu berbicara bahasa Jawa karena hampir setiap hari dia dikeliling oleh orang-orang yang bercakap-cakap dengan bahasa Jawa. ”Saya belajar bahasa Jawa justru di sini. Almarhum suami saya orang Semarang. Pak Gunawan orang Sukoharjo. Istri Pak Gunawan orang Madiun,” kata Huang sambil tertawa.
Apa yang dilakukan mereka ini, menurut Huang, juga karena didukung oleh Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI), yang ketika itu dijabat oleh Harimawan Sujitno. Hingga kini, KJRI terus mendukung kegiatan mereka dengan mengirimkan pelatih tari, memberikan angklung dan juga kostum-kostum untuk menari.
Dengan dukungan KJRI, mereka sekarang terkenal seantero China. Mereka sering diundang untuk tampil pada acara-acara persahabatan yang berkaitan dengan Indonesia. ”Sebulan bisa tiga-empat kali tampil, keliling China,” kata Huang yang hari itu baru pulang dari Beijing.
Mereka juga sempat tampil di depan Jusuf Kalla yang berkunjung ke China saat beliau menjabat Wakil Presiden. Peristiwa itu sangat membekas dalam diri mereka dan menjadi kebanggaan mereka. ”Indonesia masih tetap di hati kami. Kami selalu rindu untuk kembali ke sana,” kata Gunawan.