Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Solusi Dua Sudan

Kompas.com - 31/01/2011, 03:08 WIB

Terwujudnya dua negara Sudan diharapkan dapat menghentikan pertikaian sekaligus menciptakan perdamaian dan stabilitas di kawasan aliran Sungai Nil ini. Lebih jauh lagi, dua negara itu diharapkan menata kembali kehidupannya, membangun hubungan pertetanggaan yang baik, serta mendorong kerja sama yang produktif dan berkeadilan, sehingga keputusan politik ini membawa kemaslahatan. Harapan itu disampaikan pemimpin utara dan selatan, yaitu Umar al-Basyir dan Salva Kiir.

Pelajaran untuk Indonesia

Indonesia berbeda dengan Sudan karena jauh lebih majemuk dan kemajemukan itu menyebar di setiap wilayah. Oleh karena itu, kemajemukan di negeri kita adalah mutiara berharga yang harus dirawat dan diikhtiarkan agar makmur dan adil dalam kebersamaan. Hanya dengan jalan itu kita dapat menjaga Indonesia yang begitu beragam, peninggalan para pendiri bangsa.

Dengan demikian, kemajemukan tidak lagi menjadi dalih pertikaian dan perang. Sebaliknya, ia justru menjadi kekayaan untuk menghayati kehidupan. Kita harus mampu mengangkat tinggi harkat kemanusiaan untuk merawat pilar-pilar penyangga kebangsaan itu dan kemudian mewariskannya kepada generasi mendatang.

Pelajaran dari Sudan menunjukkan bahwa ketidakadilan dan keserakahan membuat kemajemukan menjadi bara yang memusnahkan. Kualitas kehidupan menjadi amat rendah karena selalu ada ancaman sehingga tiada lagi rasa aman.

Anugerah kemajemukan kita juga tengah menghadapi ancaman dari dalam. Ancaman itu dimulai dari terganggunya pandangan kita sendiri mengenai keberagaman. Penyebabnya bermacam-macam, termasuk pengaruh Timur Tengah, Barat, dan egoisme kita sendiri.

Sekarang, tidak banyak anak bangsa yang mensyukuri dan merawat sungguh-sungguh anugerah kemajemukan ini. Bahkan, ada di antara mereka yang berupaya menghancurkannya dengan aneka alasan.

Perpecahan Sudan seharusnya menyadarkan kita bahwa kemajemukan itu punya dua sisi: menjadi sumber berkah atau biang malapetaka. Namun, apabila kita mampu bersama-sama mengukir keadilan, kesejahteraan, dan kebersamaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, niscaya kemajemukan akan menjadi limpahan berkah yang tak ternilai harganya. Sebaliknya, jika egoisme, kesenjangan, dan keserakahan yang kita ciptakan, kemajemukan bisa menjadi malapetaka kemanusiaan.

Ibnu Burdah Pemerhati Persoalan Timur Tengah dan Dunia Islam, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com