Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meragukan, Program Nuklir di Myanmar

Kompas.com - 21/11/2010, 01:13 WIB

Menurutnya, sebagian besar perlengkapan tersebut akan menjadi luar biasa berbahaya bila tujuannya adalah untuk mengembangkan program pengayaan uranium.

Uranium yang telah diolah dapat digunakan untuk bahan bakar pembangkit listrik dan juga bisa menjadi material untuk senjata nuklir dengan pengayaan yang lebih jauh lagi.

"Anda tidak perlu peralatan jenis seperti itu untuk program nuklir damai, selalu ada kemungkinan tentang tujuan militer yang lebih kompleks lagi," katanya.

Namun Heinonen menambahkan bahwa orang yang terlibat dalam pembelian peralatan tersebut adalah kepala program energi atom di Myanmar, yang juga merencanakan untuk membangun reaktor riset nuklir untuk memproduksi isotop medis.

"Pertanyaannya adalah, kenapa ia membeli peralatan semacam itu?" kata Heinonen.

Menlu Myanmar telah mengatakan kepada Menlu Jepang pada 2009 lalu bahwa negaranya mencari keahlian nuklir dari Rusia, namun hanya untuk energi atom sipil bagi warganya.

Heinonenn mengatakan bahwa Myanmar memiliki kandungan uranium namun segala upaya yang dilakukan terhadap material tersebut harus dilaporkan kepada IAEA bila mereka berencana untuk mengekspor atau mengolahnya.

Kelompok anti pemerintah asal Norwegia pada Juni lalu mengatakan mereka telah mengadakan penyelidikan yang mengindikasikan bahwa junta Myanmar tengah mengupayakan program senjata nuklir.

Penyelidikan selama lima tahun oleh Suara Demokratis Burma (DVB) asal Norwegia menyimpulkan bahwa Myanmar, yang sebelumnya bernama Burma, masih sangat jauh untuk dapat memproduksi senjata nuklir. Tetapi mereka telah melakukan berbagai cara untuk mendapatkan teknologi dan keahlian tersebut.

"Saya rasa cara yang terbaik untuk membuat kemajuan bagi Myanmar adalah mengundang IAEA berkunjung ... sehingga dapat dicapai kesepahaman yang lebih baik," kata Heinonen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com