Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diperlukan Waktu untuk Sembuhkan "Luka"

Kompas.com - 23/05/2010, 06:21 WIB

Pemilu bukan yang terbaik

Mengadakan pemilihan umum dalam waktu dekat bukanlah jalan keluar yang baik, kecuali jika pemerintah termasuk Raja siap menerima bahwa kelompok Thaksin keluar sebagai pemenang pemilu kembali. Ketika dalam pemilu 23 Desember 2007, sekutu Thaksin, Samak Sundaravej, menang dan menjadi PM, tampak jelas bahwa elite Thailand dan Raja tidak siap dengan itu. Mereka mencoba berbagai cara untuk menyingkirkan Samak.

Jangan lupa, kudeta terhadap PM Thaksin Shinawatra yang dilakukan militer atas restu Raja Bhumibol Adulyadej pada tanggal 19 September 2006 dianggap banyak orang sebagai kejahatan yang perlu dilakukan (a necessary evil). Mengingat pada saat itu, baik secara politik maupun demokratis, Thaksin tidak mungkin dimundurkan.

Thaksin meraih suara mayoritas mutlak dalam pemilu yang sarat dengan politik uang. Dan, karena meraih suara mayoritas mutlak dalam pemilu, Thaksin dengan sendirinya mendominasi kursi di Majelis Rendah (house of representatives). Hal itu membuat Thaksin tidak mungkin dipaksa mundur melalui mosi tidak percaya ataupun melalui pemilu.

Ketidaksukaan elite Thailand, termasuk juga Raja Bhumibol Adulyadej, terhadap Thaksin karena berbagai alasan, mulai dari korupsi, nepotisme, penyalahgunaan wewenang, perdagangan bebas, membatasi kebebasan pers, sampai kebijakan yang diambilnya terhadap penduduk Muslim di bagian selatan Thailand.

Namun, keberhasilan meningkatkan taraf hidup rakyat, khususnya di pedesaan, dalam periode pertama pemerintahannya (2001-2005) membuat Thaksin sangat populer.

Itu sebabnya, kudeta menjadi satu-satunya pilihan. Thaksin pun digantikan oleh Panglima AD Jenderal Sonthi Boonyaratkalin yang diangkat menjadi PM sementara. Agar ketidaksukaan terhadap militer tak meluas, 1 Oktober 2006, dua pekan sesudah kudeta, militer mengangkat mantan Panglima AD Thailand Jenderal (Purn) Surayud Chulanont sebagai PM sementara.

Pemilu akhirnya diselenggarakan pada 23 Desember 2007, dan sekutu Thaksin, Samak Sundaravej, Ketua Partai Kekuatan Rakyat, berhasil meraih 278 kursi dari 480 kursi di Majelis Rendah. Ia mengalahkan lawannya, Abhisit Vejjajiva, Ketua Partai Demokrat, yang didukung militer. Hasil pemilu tersebut menunjukkan bahwa Thaksin masih sangat populer.

Samak Sundaravej, yang kemudian menjadi PM Thailand, melakukan kesalahan fatal ketika ia mengungkapkan tekad akan membawa Thaksin Shinawatra pulang. Dorongan dari elite perkotaan untuk memundurkan PM Samak pun mulai bermunculan. Pada pertengahan September 2008 ia digantikan oleh PM Somchai Wongsawat.

Namun, satu bulan kemudian, ia mulai didesak untuk mundur. PM Somchai kemudian digantikan oleh Abhisit Vejjajiva, yang mendapatkan dukungan anggota Majelis Rendah. Akan tetapi, PM Abhisit pun tidak bisa tenang karena rongrongan dari demonstran pro- Thaksin yang tidak ada habis-habisnya. (JL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads

Copyright 2008 - 2023 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com