Oleh TRIAS KUNCAHYONO KOMPAS.com - Hugo Chavez, Evo Morales, dan Rafael Correa telah berhasil ”menyiasati” konstitusi negara masing-masing—Venezuela, Bolivia, dan Ekuador—untuk memperpanjang masa kekuasaan. Alasan mereka klasik: demi stabilitas dan kesinambungan pembangunan untuk rakyat! Ada rakyat yang terbuai, terbius, dan mendukung penghapusan pembatasan masa jabatan yang tertulis dalam konstitusi. Akan tetapi, ada juga yang menentang ”akal-akalan” Istilah caudillos muncul pada awal abad ke-19 saat gerakan kemerdekaan Amerika Latin mulai bergelora. Gelombang gerakan kemerdekaan membuat wilayah itu secara politik tidak stabil. Lamanya konflik bersenjata mendorong munculnya orang-orang kuat di negara-negara baru yang lepas dari kaum penjajah. Mereka inilah cikal bakal caudillos. Negara-negara di kawasan Amerika Latin lepas dari pemerintahan diktator militer pada dekade 1980-an. Mereka juga menyusun konstitusi baru yang membatasi masa jabatan presiden, yang kini diterjang. Chavez mengatakan, jabatan dua kali presiden tidak cukup untuk menyelesaikan ”revolusi sosialis Venezuela.” Morales mengikuti langkah Chavez, demikian pula Namun, jalan lapang diberikan Mahkamah Agung Mengapa mereka begitu bernafsu mempertahankan kekuasaan? Franz Magnis-Suseno menulis, ”Sejak semula kekuasaan selalu berwajah dua: sekaligus mempesona dan menakutkan” (Kuasa dan Moral, 2000).