Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tuhan Bisa Tidur Lagi di Rwanda

Kompas.com - 20/11/2009, 20:23 WIB

NEW YORK, KOMPAS.com — Joseph Sebarenzi tak bisa melupakan bagaimana satu demi satu anggota keluarganya menjadi korban pembantaian massal di  Rwanda, 15 tahun silam. Nah, mantan juru bicara parlemen Rwanda itu mengatakan, di negerinya itu kini muncul lagi tanda-tanda ke arah kekejian semacam itu.

Menurut penulis buku God Sleeps in Rwanda ini, masa pemerintahan Presiden Paul Kagame penuh warna pemusatan kekuasaan. Niatnya ingin melepaskan kepenatan hidup rakyat, pemusatan macam itu cuma berbuah frustrasi. Ujung-ujungnya, kekerasan adalah pelampiasan yang bakal terjadi lagi.

Agustus tahun depan, Rwanda bakal menggelar pemilu presiden. Kalau jadi terlaksana, pilpres itu adalah yang kedua sejak genosida pada 1994. Diprediksikan, Kagame bakal menang mudah. Meski begitu, Sebaranzi mencatat, makin kokohnya pemerintahan Kagame dengan pola pemusatan tersebut, maka hal itu membuat ketiadaan kontrol kebijakan. 

Lebih lanjut, Sebarenzi menjelaskan, sejatinya, dampak tragedi memilukan kala itu belum seluruhnya teratasi. Rekonsiliasi antara Suku Hutu dan Tutsi, yang terlibat konflik saat itu, harus terus meningkat mulai dari antarindividu hingga antarkomunitas. "Kalau pemusatan kekuasaan terjadi, bisa saja konflik seperti 15 tahun lalu terbuka kembali," kata Sebarenzi.

Genosida di Rwanda, ulas Sebarenzi, muncul karena Presiden waktu itu, Juvenal Habyarimana, juga berperilaku memusatkan kekuasaan. Seperti diketahui, Habyarimana tewas tatkala pesawat yang ditumpanginya ditembak jatuh. Seusai kejadian itu, pembantaian yang memunculkan korban tewas paling banyak dari Suku Tutsi itu merebak.

"Pemusatan kekuasaan harus diganti oleh kuatnya parlemen, kehakiman, dan masyarakat madani," demikian hemat Sebarenzi.

Mungkin pula, kalau pertimbangan Sebarenzi tak kunjung terwujud, boleh jadi, Tuhan bisa tidur lagi di Rwanda!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com