WASHINGTON DC, KOMPAS.com -
Kebingungan terutama soal bagaimana mereka harus bersikap, mengartikan, dan mengaitkan semua peristiwa itu dengan visi dan garis perjuangan mereka dalam menegakkan kepemimpinan Islam di dunia, seperti yang selama ini dipaksakan oleh kelompok Al Qaeda.
Berbagai kebingungan dan bahkan perpecahan pendapat muncul dalam beberapa ”diskusi” yang mereka gelar. Hal ini, antara lain, terlihat melalui jaringan internet (online) macam Forum Shumukh al-Islam, yang dimonitor kelompok intelijen SITE Intelligence Group.
Selama ini mereka diketahui berdiam diri dan tidak menanggapi aksi rakyat di sejumlah negara. Hal ini diyakini sebagai cara mereka menyerap dan mencerna apa yang terjadi di kawasan tersebut.
Beberapa dari mereka menganggap kondisi ini adalah saat yang paling membahayakan bagi keberadaan mereka. Namun, sebagian lain justru memandangnya sebagai peluang.
Ada juga kelompok yang menganggap tidak ada yang berubah pascaberbagai gejolak di Timur Tengah ini. Mereka tidak khawatir kerusuhan yang terjadi bakal mengganggu atau bahkan memperburuk perjuangan mereka.
Berbagai tanggapan yang muncul dalam forum itu diyakini menunjukkan kalkulasi yang telah dibuat dalam lingkaran kelompok-kelompok jihad.
”Apanya yang berubah?” tulis Abu Musab al-Dhahak dalam forum online itu.
Menurut dia, rakyat di sejumlah negara yang bergolak itu sama sekali tidak mengusir atau mengubah apa pun selain sekadar wajah dan simbol.
Bagi Al-Dhahak, kejatuhan rezim harus diterjemahkan sebagai jatuhnya demokrasi dan berdaulatnya syariat Tuhan.