Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suatu Petang di Lembah Bekaa

Kompas.com - 22/12/2012, 08:04 WIB
Oleh: Trias kuncahyono


Dari jendela kaca sebuah restoran di Chtaura, Lembah Bekaa, Lebanon, gedung gereja itu bisa kami lihat. Gedung bercat putih itu terbuka pintunya. Ada papan nama warna putih bertuliskan nama gereja berdiri di samping kanan pintu gerbang: Notre Dame de l’Annonciation. Terlihat seorang laki-laki ditemani anak perempuan mengecat pagar taman di depan gereja.

Di halaman depan gereja berderet lima-enam pohon cemara. Pagar halaman gereja sudah diberi hiasan natal, berbentuk bintang yang dilengkapi lampu. Pohon cemara itu juga dipasangi lampu warna-warni.

Di sebelah kanan gereja, terpaut satu bangunan yang digunakan untuk bank, ada stasiun pengisian bahan bakar untuk umum (SPBU). Di depan SPBU itu didirikan pohon natal setinggi kira-kira 5 meter. Di seberang gereja, terpisah jalan yang menuju ke Suriah, berdiri pula pohon natal setinggi kira-kira 5 meter.

Pohon-pohon itu memberikan tanda bahwa hari Natal segera tiba. Natal juga akan tiba di Chtaura, kota kecil sekitar 44 kilometer sebelah timur Beirut, yang dilintasi jalan raya Damaskus-Beirut. Hari Natal juga akan tiba di kota lain di Lembah Bekaa, seperti Zahle yang penduduknya mayoritas Kristen dengan berbagai denominasi—mayoritas Katolik, lainnya Maronits, Ortodoks Yunani, dan ada juga kaum Syiah—Baalbek yang penduduknya Muslim Syiah, dan Hermel yang penduduknya juga Syiah.

Natal juga akan tiba di seluruh Lebanon. Hiasan natal dalam berbagai rupa, seperti pohon natal dan rumah-rumahan serta patung-patung natal, sudah dipajang di Bandara Internasional Hariri, Beirut.

Toko-toko di kawasan bisnis Beirut, seperti Beirut Shouk, Solidere di kawasan downtown, pusat perdagangan, dan sepanjang Jalan Hamra yang dikenal sebagai kawasan Beirut Lama, dipercantik dengan hiasan natal. ”Kawasan ini penduduknya kaum Sunni, tetapi mereka tetap pasang pohon natal di mana-mana. Dan, lihat itu, hiasan lampu yang dipasang melintang di atas jalan juga menggambarkan natal,” kata Munawir, anggota staf Bagian Politik Kedutaan Besar RI di Beirut, ketika kami melintasi Jalan Hamra, awal pekan ini.

Jalur hijau yang jadi pemisah di antara dua jalur jalan di tengah kota Beirut pun dipasangi pohon natal berderet-deret. Bahkan, di depan Masjid Muhammad al-Amin di Lapangan Syuhada, di tengah kota Beirut, berdiri pohon natal setinggi lebih dari 10 meter.

”Penduduk Beirut mayoritas Muslim Sunni, Mas. Tetapi, di sini tak jadi masalah. Hubungan antarpemeluk agama yang berbeda-beda sangat baik dan harmonis,” lanjut Munawir.

Hal yang sama dikemukakan Ade, anggota staf Bagian Humas KBRI, saat di Chtaura. ”Orang di sini tak pernah mempersoalkan perayaan hari Natal. Itu tadi bisa lihat di Chtaura atau sepanjang jalan dari Beirut sampai Masnaa (kota di perbatasan Lebanon dan Suriah) ini, banyak pohon natal, kan,” katanya.

”Bagi umat Kristen Lebanon, hari Natal adalah sebuah kesempatan untuk memperbarui persahabatan dan hari Natal sering kali juga dirayakan oleh keluarga-keluarga Muslim. Keluarga-keluarga Muslim di Lebanon mengungkapkan penghormatan pada hari Natal, dengan menghiasi rumah mereka dengan pohon natal dan semua jalan besar dan kecil pun dihiasi dengan pohon-pohon natal atau semacam goa-goa natal,” ujar Munawir.

Sebuah risalah

Munawir menambahkan, bukan hanya di Beirut hubungan antarpemeluk agama dan sekte tidak menjadi masalah, melainkan juga di seluruh Lebanon. Ada semangat saling menghormati.

Itulah sebabnya, Paus Yohanes Paulus II pernah mengatakan, Lebanon bukan sekadar negara, ia adalah sebuah risalah, sebuah dokumen tentang hubungan antarumat manusia yang saling menghormati.

”Lebanon bukan sekadar sebuah negara. Lebanon adalah sebuah pesan kebebasan dan sebuah contoh pluralisme bagi Timur dan Barat,” kata Paus Yohanes Paulus II tahun 1980-an.

Kata-kata Paus itu terus hidup dan diingat rakyat Lebanon. Apa yang dikatakan Paus itu dipegang oleh para pemimpin politik dan agama, baik Kristen maupun Muslim, di Lebanon. Mereka mengatakan, Lebanon harus seperti itu, menjadi ”sebuah pesan perdamaian, menjadi contoh bagi pluralisme, bagi Timur dan Barat”, tulis Fady Noun di AsiaNews.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com