KOMPAS.com - Seluruh dunia mesti membantu Libya untuk pulih secara politik. Imbauan itu disampaikan oleh Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Ban Ki-moon. "Tapi, harus tetap diingat, masa depan Libya memang tetap berada di tangan rakyatnya," katanya dalam sebuah konferensi pers di Canberra, Australia.
Sebagaimana warta AP dan AFP pada Sabtu (3/8/2011), Ban Ki-moon yang tiba di Australia setelah menghadiri konferensi tingkat tinggi soal masa depan Libya di Paris, mengatakan dia tengah berupaya untuk mengirimkan misi kemanusiaan PBB ke Libya sesegera mungkin. "Kami tengah bekerja untuk memastikan PBB bisa merespon dengan cepat permintaan pemerintah Libya saat ini," lanjutnya.
Pemerintah Libya, tambahnya, meminta sejumlah bantuan PBB untuk merestorasi negeri itu pascatumbangnya rezim Moammar Khadafy. "Bantuan itu termasuk menjaga keamanan warga, menegakkan hukum, melakukan dialog politik dan melindungi hak asasi manusia terutama bagi kelompok warga yang lemah," papar Ban Ki-moon.
Secara khusus, Ban Ki-moon juga meminta peran aktif Australia untuk ikut mengembalikan stabilitas politik di negeri Afrika Utara itu terutama setelah Khadafy mengancam akan mengobarkan perang dalam waktu lama. "Saya di sini untuk mengatakan kepada Australia, kami membutuhkan ide, pengalaman dan komitmen berkelanjutan negeri ini," kata Ban.
Pemulihan dan senjata
Sementara itu di Libya, para pemimpin baru negeri itu tengah memulai proses untuk memulihkan aturan di ibu kota Tripoli, setelah tumbangnya Khadafy. Kendati begitu, sebagian wilayah Libya sebetulnya masih dalam kendali loyalis Khadafy.
Di Tripoli juga, kini banyak pemuda bersenjata anggota oposisi. Mereka tampak memanfaatkan kekosongan kekuasaan di Libya.
Seorang perwira militer Dewan Transisi Nasional (NTC), Jenderal Omar Hariri mengatakan para anggota pasukan anti-Khadafy kini didorong untuk pulang kampung dan mendaftarkan diri ke angkatan bersenjata.
Jika tidak mau mendaftarkan diri ke dalam militer, Hariri meminta, mereka kembali ke profesi awal mereka sebelum revolusi. "Orang-orang ini meninggalkan semua miliknya untuk berjuang melawan Khadafy. Mereka akan kembali ke kehidupan awalnya dan sisanya akan diberi pilihan untuk menjadi anggota militer," kata Hariri.
Hal lain yang cukup mengkhawatirkan adalah beredarnya senjata api dalam jumlah besar di Tripoli dan kota-kota lain di Libya.