Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nicholas Winton Bantu 669 Anak Lari dari Kekejaman Nazi

Kompas.com - 03/04/2024, 09:00 WIB
Paramita Amaranggana,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

NAZI merupakan sebuah partai politik yang muncul di Jerman tahun 1933 hingga 1945 dan bergerak berdasarkan metode totalitarian. Partai yang dipimpin Adolf Hitler ini memegang ideologi anti-semitisme yang kemudian mendorong terjadinya holocaust, pembunuhan yang disponsori negara terhadap sekitar enam juta orang Yahudi.

Salah satu hal yang identik dengan Nazi adalah kamp konsentrasi. Banyak aktivis oposisi politik hingga kelompok-kelompok minoritas ditahan di sana. Di kamp itu, para tahanan banyak yang tewas akibat kelaparan atau kelelahan setelah bekerja berlebihan.

Di tahun 1940, Nazi mengembangkan sistem kamp konsentrasi yang jauh lebih kejam. Nazi sendiri menyebutnya pusat pemusnahan atau “kamp kematian”.

Baca juga: Israel Berterima Kasih ke Maroko karena Lindungi Umat Yahudi Selama Tragedi Holocaust

 

Adolf Hitler memilih lokasi utama pusat pemusnahan itu di Polandia. Kamp kematian di Polandia itu oleh Hitler disebut sebagai “solusi akhir" terhadap “masalah Yahudi”.

Di beberapa pusat pemusnahan, salah satunya di Buchenwald, banyak eksperimen medis dilakukan terhadap tahanan yang masih hidup. Percobaan-percobaan itu termasuk percobaan racun dan antitoksin, percobaan teknik pembedahan baru, hingga percobaan terkait efek penyakit yang disebabkan secara artifisial.

Nazi memperlakukan orang-orang Yahudi dengan kejam. Bahkan, anak-anak juga tak luput dari kekejaman Nazi.

Lahir dari Keluarga Campuran Yahudi-Jerman

 

Untunglah ada seorang pria bernama Nicholas Winton. Berkat upayanya, banyak anak yang kemudian bisa diselamatkan dari kekejaman Nazi.

Winton lahir dari keluarga campuran Yahudi-Jerman. Namanya sendiri, Nicholas Winton, didapatkan setelah kedua orang tuanya menginggriskan namanya dan membaptisnya di gereja Anglikan guna berintegrasi ke dalam kehidupan Inggris.

Winton sebenarnya seorang pialang saham. Walau begitu, Winton meluangkan waktunya sebagai seorang sosialis yang berkomitmen pada urusan-urusan internasional.

Pada tahun 1938, Winton akhirnya mengetahui kondisi yang dialami orang-orang Yahudi di wilayah yang diduduki Nazi melalui kontak dengan salah satu keluarganya.

Atas desakan temannya yang juga sesama sosialis, yaitu Martin Blake, Winton pergi ke Praha, Ceko untuk membantu para pengungsi yang melarikan diri dari penganiayaan menjelang Perang Dunia II.

Saat pertama kali tiba di Praha, Winton terkejut dengan pemandangan di hadapannya. Kota tersebut dipenuhi orang-orang yang hendak melarikan diri dari Nazi dan banyak dari antaranya merupakan orang Yahudi yang berasal dari Jerman, Austria, dan Sudetenland, bagian dari Cekoslowakia yang telah dianeksasi Nazi.

Para pengungsi yang Winton temui dalam kondisi yang memprihatinkan. Mereka hidup di kamp-kamp yang penuh sesak dan kumuh. Saat musim dingin, para pengungsi harus berjuang untuk bertahan hidup.

Baca juga: Digali dengan Sendok, Terowongan Ini Ungkap Perjuangan Yahudi Lari dari Nazi

Hal yang sangat disoroti Winton adalah anak-anak yang terpaksa hidup dalam kondisi seperti itu juga. Winton lalu menyusun proyek penyelamatan yang ia sebut sebagai “Czech Kindertransport”.

Hanya bermodalkan satu kamar hotel di Praha, Winton bersama Blake serta Doreen Warriner dan Trevor Chadwick memulai proyek tersebut dengan mendata nama-nama keluarga yang ia ajak bicara, keluarga-keluarga ini sangat ingin anaknya diselamatkan.

Winton kemudian menulis surat kepada pemerintah dan kedutaan besar di seluruh dunia untuk meminta bantuan. Hampir semua menolak permintaan Winton. Di sisi lain, Swedia dan Inggris setuju untuk menerima beberapa anak, dengan syarat ada keluarga yang mau merawat anak-anak tersebut.

Hanya Orang Biasa

Perlu digaris bawahi bahwa Winton saat itu hanyalah rakyat biasa. Tetapi, Winton sangat yakin ia mampu mengatur proses evakuasi anak-anak itu dengan kereta api dan mencarikan mereka tempat berlindung yang aman di Inggris.

Setelah tiga minggu di Praha, Winton kembali ke London dan berusaha mencari keluarga yang bersedia menampung anak-anak tersebut. Di London, Winton juga mencari cara untuk mengatur rute perjalanan yang aman untuk melintasi Eropa ke Inggris.

Rekannya, Chadwick dan Warriner yang masih tinggal di Praha ikut mengoordinasikan misi itu dari sana.

Saat itu, Winton bekerja juga sebagai pialang saham. Namun dari jam empat sore sampai larut malam, ia akan bekerja keras menyusun strategi untuk proyek penyelamatan anak-anak sekaligus mengurus izin dan surat perintah perjalanan bagi mereka.

Tantangan yang Winton hadapi sangatlah berat. Apa lagi Winton juga diwajibkan oleh pemerintah Inggris untuk mengumpulkan dana yang diperlukan untuk deposit sebesar 50 pound (kini setara dengan 4.150 pound atau setara Rp 83  juta) per anak.

Frustasi dengan tuntutan pemerintah Inggris, Winton secara pribadi langsung mengajukan permohonan di surat kabar guna mencari keluarga-keluarga yang mau menampung anak-anak tersebut. Untungnya, Winton sempat memotret anak-anak di Praha yang hendak diungsikan. Foto-foto itu memudahkan Winton menemukan rumah bagi anak-anak tersebut.

Kereta pertama proyek Czech Kindertransport berangkat dari Praha pada 14 Maret 1939. Keesokan harinya, pasukan Jerman menduduki seluruh Cekoslowakia.

Perjuangan Winton tidak berhenti sampai di situ, Winton bahkan harus memalsukan izin masuk Kantor Dalam Negeri.

Dari bulan Maret sampai Agustus 1939, ada delapan kereta api berangkat membawa total 669 anak, sebagian besar Yahudi, sisanya adalah anak-anak pengungsi politik. Mereka berangkat dari Praha, melewati Jerman dan Prancis baru menuju Inggris (London).

Sesampainya di Liverpool, anak-anak tersebut akan bertemu dengan Winton dan ibunya, setelah itu dijemput oleh keluarga angkat mereka masing-masing.

Kesaksian Anak yang Diselamatkan

Salah satu anak yang diselamatkan Winton, Vera Gissing, dipertemukan kembali dengan Winton tahun 1988 di studio BBC TV. Gissing menyambut Winton dengan air mata dan dengan segera memeluk Wnton yang saat itu sudah berusia 80 tahun.

Vera Gissing mengingat kembali masa kecilnya terutama saat usianya 10 tahun ketika ia dan kakak perempuannya naik Kindertransport bersama dengan ratusan anak-anak Yahudi lainnya dan dibawa ke Inggris.

“Saya tidak akan pernah melupakan berpamitan selamat tinggal kepada orangtua saya, dan tiba-tiba merasa sangat takut karena saya melihat ekspresi ketakutan di wajah orangtua saya yang berlinang air mata. Ada tentara Jerman di sekitar kami,” kenangnya.

Gissing juga mengenang saat ia disambut keluarga angkatnya dengan hangat.

“Ketika ibu angkatku pertama kali melihatku, aku memanggilnya ibu kecilku yang berkebangsaan Inggris karena dia sangat kecil, air mata mengalir di wajahnya dan dia memelukku dan dia mengucapkan beberapa kata yang aku tidak mengerti, tapi sekarang aku tahu dia berkata ‘kamu akan dicintai’ dan dia benar, aku memang dicintai.”

"Mereka punya sedikit uang, tapi mereka punya hati yang sebesar rumah. Mereka melakukan segala yang mereka bisa untuk membuatku bahagia. Aku sangat beruntung,” tambah Gissing.

Winton meninggal dunia pada 1 Juli 2015 pada usia 106 tahun. Jasanya akan terus dikenang, bahkan diangkat menjadi sebuah film berjudul One Life yang dirilis di Inggris pada awal tahun ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Internasional
Siapa 'Si Lalat' Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Siapa "Si Lalat" Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Internasional
Pemungutan Suara di Paris Bikin Pulau Milik Perancis di Pasifik Mencekam, Mengapa?

Pemungutan Suara di Paris Bikin Pulau Milik Perancis di Pasifik Mencekam, Mengapa?

Internasional
Perjalanan Hubungan Rusia-China dari Era Soviet sampai Saat Ini

Perjalanan Hubungan Rusia-China dari Era Soviet sampai Saat Ini

Internasional
Pertemanan Rusia-China Makin Erat di Tengah Tekanan Barat

Pertemanan Rusia-China Makin Erat di Tengah Tekanan Barat

Internasional
Praktik 'Deepfake' di China Marak, Youtuber Asal Ukraina Jadi Korban

Praktik "Deepfake" di China Marak, Youtuber Asal Ukraina Jadi Korban

Internasional
Mengenal Peristiwa Nakba, Hilangnya Tanah Air Palestina

Mengenal Peristiwa Nakba, Hilangnya Tanah Air Palestina

Internasional
Apa Itu UU ‘Agen Asing’ Georgia dan Mengapa Eropa Sangat Khawatir?

Apa Itu UU ‘Agen Asing’ Georgia dan Mengapa Eropa Sangat Khawatir?

Internasional
Mengapa Presiden Putin Ganti Menteri Pertahanannya?

Mengapa Presiden Putin Ganti Menteri Pertahanannya?

Internasional
Lebanon Cemas di Tengah Meningkatnya Ketegangan Hezbollah-Israel

Lebanon Cemas di Tengah Meningkatnya Ketegangan Hezbollah-Israel

Internasional
Ramai soal Pengguna Media Sosial Blokir Artis-artis Ternama, Ada Apa?

Ramai soal Pengguna Media Sosial Blokir Artis-artis Ternama, Ada Apa?

Internasional
Jutaan Migran Tak Bisa Memilih dalam Pemilu Terbesar di Dunia

Jutaan Migran Tak Bisa Memilih dalam Pemilu Terbesar di Dunia

Internasional
Nasib Migran dan Pengungsi Afrika Sub-Sahara yang Terjebak di Tunisia

Nasib Migran dan Pengungsi Afrika Sub-Sahara yang Terjebak di Tunisia

Internasional
9 Mei, Hari Rusia Memperingati Kemenangan Soviet atas Nazi Jerman

9 Mei, Hari Rusia Memperingati Kemenangan Soviet atas Nazi Jerman

Internasional
Gelombang Panas Mengakibatkan Kesenjangan Pendidikan

Gelombang Panas Mengakibatkan Kesenjangan Pendidikan

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com