Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Posisi China Dalam Konflik Israel-Palestina

Kompas.com - 02/04/2024, 16:04 WIB
Paramita Amaranggana,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

DIPLOMAT China, Wang Kejian, bertemu dengan pemimpin politik Hamas, Ismael Haniyeh, di Qatar pada 17 Maret lalu. Sebelum pertemuan ini, Wang Kejian sempat berkunjung ke Tepi Barat yang diduduki dan Israel.

Pertemuan di Tepi Barat dan Israel menandai pertama kali Beijing mengirim utusan ke kedua lokasi tersebut sejak serangan mendadak Hamas pada 7 Oktober 2023 dan pengeboman Israel di Gaza yang merupakan aksi balasan atas serangan Hamas itu.

Dalam kunjungannya ke Tepi Barat, Wang bertemu dengan Menteri Luar Negeri Otoritas Palestina, Riyad al-Maliki. Pada pertemuan tersebut, Wang mengatakan bahwa Beijing “sangat prihatin” terhadap konflik di Gaza.

Baca juga: Otoritas Palestina Umumkan Kabinet Baru, Respons Seruan Reformasi

Wang juga menyampaikan janji untuk bekerja sama dengan komunitas internasional agar “secepatnya memadamkan api perang” dan mencapai “penyelesaian masalah Palestina yang komprehensif, adil dan berkepanjangan berdasarkan solusi dua negara”. Demikian menurut pernyataan Kementerian Luar Negeri China setelah pertemuan itu berlangsung.

Dalam kunjungan berikutnya ke Israel, Wang bertemu pejabat luar negeri Israel. Dia menyatakan bahwa prioritas utama adalah “gencatan senjata yang komprehensif, penghentian perang, jaminan bantuan kemanusiaan dan perlindungan warga sipil”.

Pada pertemuannya dengan Hamas, Wang dan Haniyeh “bertukar pandangan mengenai konflik Gaza dan isu-isu lainnya”. Hal itu berdasarkan pernyataan Kementerian Luar Negeri China yang dikeluarkan dua hari setelah pertemuan kedua orang itu.

Menurut siaran pers dari kantor media Hamas, Haniyeh dalam pertemuan tersebut menggarisbawahi “perlunya untuk segera menghentikan agresi dan pembantaian,” agar militer Israel menarik diri dari Gaza dan “mencapai tujuan politik dan aspirasi untuk mendirikan negara Palestina yang merdeka".

Haniyeh dalam pernyataan Hamas juga disebutkan “memuji peran yang dimainkan China di Dewan Keamanan (DK) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dan Mahkamah Internasional.”

Tujuan utama China melakukan kunjungan itu adalah untuk meningkatkan profil negaranya sebagai perantara perdamaian serta menunjukkan ketegasannya dalam menentang perang di Gaza. Sejak serangan mendadak Hamas pada 7 Oktober, China menjadi salah satu negara yang tidak menyebut nama atau mengecam Hamas. Alih-alih menyalahkan Hamas, China mengutuk perang tersebut dan secara vokal mendukung gencatan senjata segera dan penerapan solusi “dua negara”.

Pertemanan Palestina dan China

Hubungan Palestina dan China sudah berlangsung cukup lama. China menjalin hubungan bilateral dengan Palestina dari tahun 1965, walau baru mengakui Palestina secara resmi tahun 1988.

Pada periode tersebut, Palestina telah memiliki kantor perwakilan untuk Organisasi Pembebasan Palestina di China yang kemudian menjadi setingkat kedutaan pada tahun 1974.

Tidak hanya itu, China pada periode tersebut juga pernah menjamu beberapa pemimpin Palestina, salah satunya Yasser Arafat. Dalam pertemuan dengan Arafat, China secara terus terang menyatakan dukungan kepada Palestina.

Dukungan China kepada Palestina saat itu begitu besar, Bahkan ketika China sedang kesulitan dengan masalah kemiskinan, China masih memberikan bantuan kepada Organisasi Pembebasan Palestina sebesar 5 juta dolar AS, termasuk dukungan militer.

Saat ini, China memang tidak memiliki kebijakan yang secara terus terang menentang Israel. Meski begitu, sejarah pertemanan China dan Palestina sampai sekarang masih menjadi salah satu faktor paling utama dalam pembentukan kebijakan-kebijakan China.

Salah satu bentuk modern pertemanan China dan Palestina tampak dalam kunjungan Mahmoud Abbas, Perdana Menteri Palestina ke China pada Juni tahun lalu. Dalam kunjungan tersebut, China dan Palestina mengumumkan terjalinnya kemitraan strategis.

Baca juga: Ribuan Orang Unjuk Rasa di London, Serukan Gencatan Senjata Palestina

Bentuk lain tampak pada pidato pembukaan KTT Negara-Negara Arab-China yang diadakan di Arab Saudi pada Desember 2022, di mana Presiden China, Xi Jinping, menyampaikan secara langsung dukungannya untuk negara Palestina merdeka dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.

Selain melalui pernyataan, dukungan China kepada Palestina di era modern terlihat dari solidaritasnya terhadap dunia Arab dan dunia selatan melalui posisi pandangannya yang bertentangan dengan pandangan Amerika Serikat (AS).

Di awal Maret ini, Wang mengatakan kepada wartawan di Beijing bahwa kegagalan untuk mengakhiri bencana kemanusiaan di Gaza adalah “aib bagi peradaban”.

China juga mendukung keanggotaan penuh Palestina di PBB dan menuntut agar Dewan Keamanan PBB tidak menghalangi hal tersebut. Hal itu  disampaikan Wang dalam kecaman yang secara terselubung menyindir Washington yang kerap mendukung Israel untuk membalas Hamas.

Selain itu, China kerap menuntut diadakannya konferensi perdamaian internasional dan menetapkan jadwal khusus untuk menerapkan solusi dua negara.

China Juga Dikritik

Dukungan China kepada Palestina ini mendapatkan kritik dari komunitas internasional karena China juga dituduh telah melakukan pelanggaran hak asasi terhadap kelompok minoritas, khususnya di wilayah barat Xinjiang.

Kantor hak asasi manusia tertinggi PBB mengatakan,  “pelanggaran hak asasi manusia yang serius” yang bisa menjadi “kejahatan terhadap kemanusiaan” telah dilakukan China terhadap Uighur dan minoritas Muslim lainnya di Xinjiang. Beijing membantah telah melakukan pelanggaran hak asasi manusia di Xinjiang.

Selain menghadapi kecaman dari komunitas internasional, China juga masih harus berhati-hati dalam mendukung Palestina guna menghindari konfrontasi langsung dengan Israel. Bagaimanapun juga, Israel adalah salah satu negara di Timur Tengah tempat di mana China melakukan banyak investasi untuk proyek-proyek besar.

Salah satu investasi besar China di Israel yaitu terkait dengan Inisiatif Sabuk dan Jalan (Belt and Road Initiative). Investasi ini termasuk perjanjian untuk meningkatkan pusat data dengan penyedia energi dan telekomunikasi, seperti perjanjian antara Huawei dan Zing Energy Israel. Selain itu, banyak perjanjian lainnya bernilai jutaan dolar, seperti perjanjian senilai 300 juta dolar antara perusahaan ColorChip Israel dengan perusahaan China.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sosok Jacob Zuma, Mantan Presiden Afrika Selatan yang Didiskualifikasi dari Pemilu Parlemen

Sosok Jacob Zuma, Mantan Presiden Afrika Selatan yang Didiskualifikasi dari Pemilu Parlemen

Internasional
Iran Setelah Presiden Ebrahim Raisi Tewas, Apa yang Akan Berubah?

Iran Setelah Presiden Ebrahim Raisi Tewas, Apa yang Akan Berubah?

Internasional
Apa Itu Mahkamah Pidana Internasional (ICC) dan Mengapa ICC Mempertimbangkan Surat Perintah Penangkapan bagi Pemimpin Israel dan Hamas?

Apa Itu Mahkamah Pidana Internasional (ICC) dan Mengapa ICC Mempertimbangkan Surat Perintah Penangkapan bagi Pemimpin Israel dan Hamas?

Internasional
Tsai Ing-wen, Mantan Presiden Taiwan yang Dicintai Rakyat

Tsai Ing-wen, Mantan Presiden Taiwan yang Dicintai Rakyat

Internasional
Apa Tujuan Asli Putin Menginvasi Ukraina?

Apa Tujuan Asli Putin Menginvasi Ukraina?

Internasional
Siapa Ebrahim Raisi, Presiden Iran yang Tewas dalam Kecelakaan Helikopter?

Siapa Ebrahim Raisi, Presiden Iran yang Tewas dalam Kecelakaan Helikopter?

Internasional
Hubungan Israel-Mesir Memburuk Setelah Israel Duduki Perbatasan Rafah

Hubungan Israel-Mesir Memburuk Setelah Israel Duduki Perbatasan Rafah

Internasional
Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Internasional
Siapa 'Si Lalat' Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Siapa "Si Lalat" Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Internasional
Pemungutan Suara di Paris Bikin Pulau Milik Perancis di Pasifik Mencekam, Mengapa?

Pemungutan Suara di Paris Bikin Pulau Milik Perancis di Pasifik Mencekam, Mengapa?

Internasional
Perjalanan Hubungan Rusia-China dari Era Soviet sampai Saat Ini

Perjalanan Hubungan Rusia-China dari Era Soviet sampai Saat Ini

Internasional
Pertemanan Rusia-China Makin Erat di Tengah Tekanan Barat

Pertemanan Rusia-China Makin Erat di Tengah Tekanan Barat

Internasional
Praktik 'Deepfake' di China Marak, Youtuber Asal Ukraina Jadi Korban

Praktik "Deepfake" di China Marak, Youtuber Asal Ukraina Jadi Korban

Internasional
Mengenal Peristiwa Nakba, Hilangnya Tanah Air Palestina

Mengenal Peristiwa Nakba, Hilangnya Tanah Air Palestina

Internasional
Apa Itu UU ‘Agen Asing’ Georgia dan Mengapa Eropa Sangat Khawatir?

Apa Itu UU ‘Agen Asing’ Georgia dan Mengapa Eropa Sangat Khawatir?

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com