Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

S-300 Akan Ubah Perimbangan

Kompas.com - 14/06/2013, 02:34 WIB

Kabar pengiriman rudal anti-serangan udara S-300 buatan Rusia ke Suriah memunculkan riak ketegangan baru di kawasan Timur Tengah. Sistem rudal darat ke udara itu dianggap akan mengubah peta konflik di Suriah, yang belakangan ini sudah meluas melibatkan beberapa pemain utama di kawasan panas itu.

Beberapa waktu lalu, Deputi Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov mengatakan, Rusia akan melanjutkan pengiriman sistem rudal canggih itu ke Suriah karena akan mendorong stabilitas di kawasan. Menurut Ryabkov, kehadiran rudal itu di Suriah akan mencegah intervensi militer negara-negara lain dalam konflik di Suriah, seperti yang terjadi pada konflik di Libya tahun 2011.

Rusia berkeras, rudal-rudal itu hanya memiliki fungsi pertahanan sehingga tak akan digunakan untuk menembak kelompok pemberontak oposisi di dalam negeri Suriah. Memang benar, secara teknis rudal-rudal itu bisa diprogram ulang untuk menghancurkan sasaran di darat.

Namun, menyerang sasaran darat dengan S-300 ibarat memukul kecoa dengan iPad, mengingat harga rudal S-300 berkisar 700.000-1.200.000 dollar AS (Rp 6,9 miliar-Rp 11,8 miliar) per pucuk.

Igor Korotchenko, editor majalah pertahanan National Defense yang berbasis di Moskwa, mengatakan, jika benar Suriah telah menerima dan memasang sistem rudal S-300, setiap usaha penerapan zona larangan terbang seperti di Libya oleh negara-negara Barat akan berakhir dengan bencana.

Korotchenko, seperti dikutip kantor berita RIA Novosti, menggambarkan, ”Akan ada puluhan pesawat yang hancur dan peti-peti mati yang diselimuti bendera Amerika Serikat. Tak akan bisa diterima”.

Secara khusus, kabar pengiriman rudal S-300 itu akan menggentarkan Israel. Negara Yahudi itu menjadi satu-satunya negara asing yang telah melakukan serangan udara ke wilayah Suriah sejak konflik meletus di negeri itu dua tahun silam.

Tiga kali pesawat-pesawat tempur Israel masuk ke wilayah udara Suriah hingga dekat Damaskus tanpa ada perlawanan sama sekali dari pasukan Suriah.

Keberadaan S-300 akan mengubah semua itu. Presiden Suriah Bashar al-Assad, dalam wawancara dengan stasiun televisi Al Manar yang disiarkan hari Kamis (30/5), telah menegaskan, pihaknya akan membalas setiap serangan Israel di masa depan.

Salah satu yang terbaik

Apa yang membuat sistem rudal S-300 begitu menakutkan? Banyak pakar pertahanan berpendapat, sistem S-300 adalah salah satu sistem pertahanan udara terbaik yang ada di dunia saat ini. Benar, sistem rudal ini merupakan peninggalan era Uni Soviet di masa Perang Dingin (pertama kali dioperasikan pada 1978).

Namun, menurut RIA Novosti, sistem rudal itu sudah berulang kali menjalani proses modernisasi sehingga masih tetap menjadi sistem pertahanan udara yang bisa diandalkan saat ini. Modernisasi terakhir dilakukan akhir 1990-an, yang membuat rudal-rudal itu masih mumpuni menghadapi mandala perang abad ke-21.

Rusia sendiri dilaporkan masih menyebar lebih dari 900 sistem S-300 untuk menjaga wilayahnya yang sangat luas, sebelum secara bertahap akan menggantinya dengan sistem S-400 yang lebih baru. S-300 sering dianggap setara dengan sistem rudal antirudal Patriot buatan AS.

Menurut situs pertahanan GlobalSecurity, S-300 mampu mempertahankan suatu wilayah dari serangan udara massal pihak musuh. Berbagai bentuk serangan udara, mulai dari pesawat tempur atau pesawat pengebom, rudal jelajah, hingga rudal balistik, bisa dihancurkan oleh rudal tersebut.

Versi terbaru rudal itu, yakni S-300PM2 ”Favorit” (untuk versi ekspor dinamakan S-300PMU2), memiliki hulu ledak seberat 145 kilogram dan memiliki jarak tembak hingga 200 kilometer.

Didukung radar yang memiliki sensitivitas tinggi, rudal ini mampu menembak berbagai sasaran, mulai dari yang terbang pada ketinggian serendah 10 meter di atas permukaan tanah hingga obyek yang terbang pada ketinggian 27.000 meter atau sekitar hampir tiga kali ketinggian jelajah pesawat jet komersial.

Dengan tuntutan tugas mencegat serangan pesawat dan rudal-rudal terbaru, S-300 bisa menghancurkan target yang sedang bergerak dengan kecepatan hingga 10.000 kilometer per jam (sekitar Mach 8,2) di udara. Sistem radarnya mampu mendeteksi 100 sasaran secara simultan, dan kemudian mengunci 12 sasaran di antaranya untuk dihancurkan secara bersama-sama.

Jika dioperasikan oleh awak profesional yang sudah terlatih baik, sistem rudal S-300 yang berbasis pada kendaraan yang mudah dipindah-pindahkan itu bisa disiapkan untuk menembak hanya dalam waktu lima menit.

Andai benar Suriah memiliki sistem pertahanan tersebut, rudal ini akan menjadi game changer dalam perimbangan kekuatan di Timur Tengah. Menembus wilayah Suriah tak akan semudah dulu lagi....(DAHONO FITRIANTO)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com