Rusia dilaporkan telah dan terus berusaha mengirim senjata bagi rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad yang kini sedang diperangi pasukan oposisi. Selain itu, Rusia juga hendak membangun sistem pertahanan udara yang canggih di Suriah untuk melindungi sekutunya itu dari aksi militer, khususnya Barat.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry dan Menlu Jerman Guido Westerwelle menjelaskan, pengiriman rudal S-300 dari Rusia kepada rezim Assad akan memperburuk perang saudara di Suriah. Aksi itu juga akan merusak rencana pembentukan pemerintahan peralihan melalui negosiasi dan melukai kepentingan strategis Israel.
”Sangatlah tidak menolong untuk mengirim rudal S-300 ke kawasan itu saat kita sedang berupaya untuk menggelar konferensi perdamaian dan menciptakan perdamaian,” kata Kerry dalam konferensi pers bersama Westerwelle setelah pertemuan keduanya di Washington.
AS dan Jerman, kata Kerry, meminta Rusia tidak lagi mengganggu keseimbangan di kawasan Timur Tengah dan menghormati Israel. ”Persenjataan yang disediakan bagi Assad, baik dari kontrak lama maupun tidak, memiliki dampak negatif bagi keseimbangan kawasan. Itu akan membahayakan Israel,” ujarnya.
Kerry juga mengingatkan, pengiriman senjata dan rencana pembangunan sistem pertahanan udara di Suriah oleh Rusia akan mengganggu upaya perdamaian yang sedang dirintis. Tampaknya Kerry mengingatkan pertemuan antara Washington dan Moskwa, bulan lalu, saat keduanya merintis upaya penyelesaian krisis Suriah.
Westerwelle meminta Rusia tidak ”merusak” konferensi perdamaian bagi Suriah, yang semula direncanakan akan digelar di Geneva pada awal Juli. ”Jangan ganggu konferensi perdamaian yang akan kita laksanakan di Geneva,” katanya.
Menlu Jerman itu juga menambahkan, ”Pengiriman senjata kepada rezim Assad sungguh sangat keliru. Mengirim S-300 adalah sebuah pesan yang salah, yang pernah dikirim oleh kolega kami di Rusia kepada dunia dan kepada kawasan itu.”
Kerry dan Westerwelle berbicara sehari setelah Assad mengakui bahwa rezimnya telah menerima pengiriman pertama sistem antipesawat udara dari Rusia. Hal itu akan mengurangi tekanan terhadap Suriah dalam upaya negosiasi dengan oposisi serta membuat intervensi asing dan Israel akan sulit. AS telah meningkatkan kualitas militer Israel sebagai penjaga kepentingan strategis utama di kawasan.
Para pejabat Rusia mengatakan, mereka memasok S-300 ke Suriah sesuai kontrak yang sudah ada. Mereka mengatakan akan mencoba meyakinkan rezim Assad untuk berpartisipasi dalam pembicaraan damai di Geneva. Namun, oposisi Suriah mengatakan tidak akan menghadiri konferensi itu karena pembantaian terus terjadi.
Kerry mengatakan, ia yakin oposisi akan menghadiri konferensi itu dan memperingatkan Assad untuk tidak menggunakan senjata kimia. Penggunaan senjata kimia itu adalah ”garis merah” yang tidak boleh dilanggar. Suriah diduga telah memakai senjata itu, tetapi Kerry mengatakan sedang diteliti untuk membuktikan 100 persen benar.
”Kami sedang melakukan penyelidikan karena kami harus ingat pengalaman masa lalu untuk memastikan bahwa intelijen itu benar, bukti-bukti itu nyata, lalu kami membuat penilaian yang tepat,” kata Kerry.
Kerry dan Westerwelle meminta Moskwa mendukung komitmen bagi penyelesaian konflik Suriah. Surat kabar Rusia mengatakan, Moskwa mungkin belum mengirim rudalnya ke Suriah. Kantor Berita Interfax melaporkan, Moskwa akan mengirim jet tempur MiG-29 ultramodern demi menjaga udara Suriah.