Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/04/2013, 15:03 WIB

DAMASKUS, KOMPAS.com — Pemerintah Suriah, Rabu (24/4/2013), menolak peran apa pun yang dimainkan Liga Arab dalam penyelesaian krisis di negerinya, dan menyatakan Damaskus akan berhubungan dengan Utusan Gabungan PBB-Liga Arab, Lakhdar Brahimi, hanya sebagai wakil PBB. "Suriah telah bekerja sama dengan Brahimi dan akan terus melakukan itu dalam konteks dia hanya sebagai utusan PBB karena Liga Arab memihak persekongkolan melawan Suriah," kata Kementerian Luar Negeri Suriah.

Sikap bermusuhan Pemerintah Suriah terhadap Liga Arab muncul setelah perhimpunan regional itu membekukan keanggotaan Suriah pada November 2011 terkait dengan penindasannya terhadap protes rakyat. Liga Arab juga memberlakukan sanksi ekonomi dan politik atas Pemerintah Suriah dan mendesak para anggotanya agar menarik duta besar mereka dari Damaskus. Tak lama setelah itu, Liga Arab membekukan misi pemantauannya di Suriah dengan alasan ada peningkatan tajam kerusuhan. Namun, Damaskus menyatakan, Liga Arab melakukan tindakan tersebut hanya untuk menekan Dewan Keamanan PBB agar menyetujui campur tangan asing dalam masalah Suriah.

Bulan lalu, Liga Arab memberikan kursi Damaskus kepada kelompok oposisi, Koalisi Nasional Suriah, dalam pertemuan puncak di Qatar, yang dihadiri sejumlah tokoh utama gerilyawan Suriah. Presiden Suriah Bashar al-Assad mengecam Liga Arab dan keputusannya untuk menyerahkan kursi Suriah kepada oposisi, dan mengatakan kelompok itu "tak memiliki keabsahan".

Suriah menuduh banyak negara Arab terlibat langsung dalam krisis dua tahun di negerinya, terutama Arab Saudi dan Qatar. Negara-negara tersebut secara terang-terangan telah menyampaikan dukungan mereka bagi gerilyawan di tengah laporan pihak Barat bahwa mereka juga telah menyediakan sangat banyak uang dan senjata untuk gerilyawan.

Di sisi lain, negara pro-oposisi menuduh Iran dan gerilyawan Syiah di Lebanon, yaitu Hizbullah, membantu tentara pemerintah dalam memerangi gerilyawan. Situasi yang rumit itu bertambah parah setiap hari, sementara pertempuran bertambah sengit di seluruh negeri tersebut dan pengeboman menjadi makin sering. Pada Rabu pagi, sedikitnya tujuh orang tewas dan 25 lainnya luka-luka ketika dua bom mortir meledak di Jaramana di pinggiran Damaskus, kata televisi pemerintah. Mortir-mortir itu meledak di dekat gedung Balaikota Jamarana dan jalanan di dekatnya, lapor televisi itu.

Sementara itu, aktivis pro-pemerintah mengutip sumber-sumber medis di rumah sakit lokal, mengatakan bahwa total 13 orang tewas dan lebih dari 23 orang terluka dalam serangan itu. Jaramana, kawasan di timur Damaskus yang didominasi orang Kristen dan Druze, telah terpukul oleh serangkain bom mobil dan mortir.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com