Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Panglima" Hutan Gunung Rinjani

Kompas.com - 06/04/2013, 04:20 WIB

Degradasi kawasan itu salah satunya dipicu oleh sejumlah peraturan, seperti regulasi yang melemahkan fungsi kontrol aparat polhut. Sebutlah aturan hasil hutan bukan kayu yang pemegang izinnya menyisihkan 2 persen dari total hasil hutan untuk retribusi.

Namun, dalam pelaksanaannya, justru pemegang izin hanya dipungut biaya Rp 1.000 per are per tahun. Apabila kebijakan itu tetap berjalan, Agus berujar, ”Saya khawatir 10 tahun lagi akan semakin parah kerusakan hutan Rinjani.”

Ketimbang memikirkan berbagai aturan itu, Agus memilih mengisi waktu dengan ”berjalan-jalan” di kawasan hutan. Lelaki yang pernah menjadi sopir angkutan umum, pengemudi truk antarpulau, dan mantan pegawai administrasi kantor pemerintah ini menjalani tugasnya dengan konsisten.

Ia siap setiap waktu masuk hutan, terutama jika ada laporan aktivitas perambahan dan penebangan ilegal. Terkadang ia sampai menginap di hutan dan tidur di bawah pohon beralas seadanya. Tak jarang, dalam tidurnya, Agus terusik seekor ular yang lewat merayap di tubuhnya.

Bahkan, saat cuti kerja pun, Agus tetap memonitor situasi dan keamanan kawasan hutan Rinjani, terutama kawasan tangkapan air, sumber air bagi penduduk dan irigasi sebagian besar areal sawah di Pulau Lombok.

Contohnya, sewaktu cuti di Malang, Jawa Timur, akhir Desember 2012, dari pantauan warga setempat diketahui bahwa pada pukul 16.00 ada mobil angkutan penumpang yang tengah mengisi kayu hasil tebangan ilegal di kawasan Hutan Sesaot, Lombok Barat, masih dalam kawasan hutan Rinjani.

Dari Malang, Agus menelepon mitra kerjanya agar membantu mencegah pengangkutan kayu ilegal itu. Hasilnya, si sopir tertangkap dan kayu pun disita.

Menyamar

Tugas sebagai polhut ibarat kerja intelijen. Dalam menjalankan tugas, Agus melepas atribut dan seragam korpsnya. Ia berpakaian seperti warga desa setempat. Dengan strategi itu pun, masih ada orang yang mengenalnya.

Seperti saat ia mendapati dua lelaki sedang menggergaji beberapa batang kayu tebangan di kawasan Hutan Sesaot. Agus lalu meminjam parang kepada mereka. Alasannya, untuk membuat tongkat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com