Akan tetapi, ketegangan sebenarnya sudah mencuat sejak rencana latihan intensif antara militer Korsel dan AS. Ketegangan memuncak dengan kedatangan dan rencana pemasangan perangkat militer AS di Korsel, yang telah dikirimkan ke Okinawa, Jepang.
Pada Senin (1/4), AS menyatakan telah mengerahkan beberapa pesawat tempur F-22 Raptor. Pesawat pengebom B-52 AS juga dikerahkan. Ini membuat Korut marah dan menyatakan darurat perang sepihak.
Presiden Korsel Park Geun-hye meradang. Korsel menyatakan siap dengan segala apa pun yang dilakukan Korsel.
Ini berlanjut dengan penutupan Kaesong. Wakil Menlu China Zhang Yesui telah menemui para dubes Korsel, Korut, dan AS di Beijing. Pesannya agar situasi di Kaesong dijaga.
AS, lewat juru bicara Gedung Putih, Jay Carney, berbicara keras. ”Siapa pun tahu China adalah tuan bagi Korut. Ini bukan rahasia,” kata Jay Carney. Dia meminta China menekan Korut.
Analis Korsel melihatnya lain. ”Korut sudah sejak lama memainkan semua kartu politik. Saya tidak melihat ancaman nyata,” kata Cho Han-Bum, analis dari Korea Institute for National Unification.
China tampaknya menggunakan Korut untuk menyatakan kemarahan walau sasaran akhirnya adalah AS. China tidak suka dengan latihan militer Korsel dan AS yang semakin gencar. China telah mengerahkan kekuatan militer di dekat Korut.
Brett Daniel Shehadey, pakar geopolitik lulusan University of California, Los Angeles, mengatakan, China menggunakan Korut untuk menekan AS. Korut dan Korsel mirip pelanduk di tengah pertarungan supremasi AS-China di Asia Pasifik.(AFP/AP/REUTERS/MON)