Kepastian jatuhnya korban itu disampaikan Panglima Angkatan Bersenjata Malaysia Jenderal Zulkifeli Zin kepada wartawan dalam jumpa pers.
Menurut Zulkifeli, seperti dikutip kantor berita Bernama, anak buahnya tewas disergap kelompok penyusup, Selasa pagi. Seorang tentara lagi terluka dalam penyergapan tersebut.
Sementara itu, pada hari yang sama, Kepolisian Malaysia juga mengonfirmasikan tewasnya salah satu pemimpin kelompok penyusup yang diidentifikasi bernama Haji Musa. Musa diketahui sebagai mantan komandan kelompok separatis Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF).
Kekacauan di Sabah yang telah berlangsung satu bulan itu sudah menelan korban sedikitnya 63 orang tewas. Sebagian besar korban tewas adalah anggota kelompok penyusup, sementara delapan orang di antaranya adalah polisi Malaysia.
Seorang remaja juga dilaporkan tewas tertembak walau aparat masih belum memperjelas apakah remaja itu warga lokal atau pengikut kelompok penyusup bersenjata.
Aparat keamanan Malaysia juga telah menahan sedikitnya 97 orang yang dicurigai terlibat atau punya hubungan dengan para penyusup.
Dalam perkembangan lain, Pemerintah Malaysia akhirnya mengizinkan perwakilan Pemerintah Filipina menemui sedikitnya 500 warga Filipina yang ditampung di lokasi evakuasi di Felda Sahabat, Sabah.
Hal itu disampaikan juru bicara Kementerian Luar Negeri Filipina, Raul Hernandez, seperti dikutip kantor berita Filipina, PNA. ”Tim konsuler kami memastikan warga Filipina di sana diperlakukan baik, diberi makan cukup dan bantuan kesehatan. Mereka bersama warga Sabah lainnya memang dievakuasi keluar (dari Lahad Datu),” ujar Hernandez.
Sebelumnya media massa Filipina ramai memberitakan adanya kekerasan yang dilakukan aparat keamanan Malaysia terhadap para pekerja migran Filipina di Sabah setelah krisis terjadi. Tuduhan itu langsung dibantah Kementerian Pertahanan Malaysia. Namun, Hernandez menambahkan masih akan menyelidiki kejadian sebenarnya.
Pemerintah Filipina sebelumnya lima kali mengirim nota diplomatik, yang meminta pihak Malaysia mengizinkan diplomatnya menemui warga mereka di Sabah pascainsiden berdarah tersebut.
Selain itu, Menteri Luar Negeri Filipina Albert del Rosario juga meminta izin agar kapal militernya bisa merapat ke Lahad Datu jika sewaktu-waktu dibutuhkan untuk mengevakuasi semua warganya.
Pada Senin, Menteri Dalam Negeri Filipina Mar Roxas juga menggelar pertemuan tertutup dengan salah satu pemimpin Kesultanan Sulu, Esmail Kiram II.
Keduanya bertemu membahas kemungkinan cara yang dapat ditempuh untuk menyelesaikan krisis berdarah yang terjadi dan dipicu para pengikut Jamalul Kiram III, pria yang mengklaim diri sebagai Sultan Sulu.
Walaupun menolak merinci, Esmail mengaku menyampaikan kepada Roxas soal pentingnya Pemerintah Malaysia menyetujui tawaran gencatan senjata, yang dilontarkan Jamalul sebelumnya.(AFP/AP/DWA)