Rabu adalah hari keenam aksi militer Perancis di Mali untuk membantu Bamako menumpas kubu separatis dan militan. Menjelang malam, konvoi tank Perancis tiba di Markala, Mali tengah, setelah mengendalikan satu jembatan penting untuk menghalangi gerak kelompok separatis Ansar Dine memisahkan diri dari pemerintahan Bamako.
Petinggi militer menjelaskan, serangan darat itu menempatkan serdadu sebanyak mungkin agar berhadapan langsung dengan kelompok militan ”dalam waktu berjam-jam”. Strategi itu dilakukan untuk menyisir kelompok militan yang kemungkinan bersembunyi meski digempur lewat serangan udara sejak Jumat lalu.
Panglima Angkatan Bersenjata Perancis Laksamana Edouard Guillaud mengatakan, operasi darat dimulai sejak Selasa malam. Menteri Pertahanan Perancis Jean-Yves Le Drian menambahkan, para serdadu telah meninggalkan ibu kota menuju basis pertahanan pemberontak di Mali utara.
”Operasi di darat telah dimulai beberapa jam lalu. Pada jam-jam mendatang, meskipun tidak bisa dipastikan apakah akan menjadi
Drian mengakui, operasi darat ”sangat sulit” di beberapa daerah. ”Sekarang pasukan darat Perancis bergerak ke utara,” ujarnya kepada radio RTL, menandai dimulainya serangan darat menyusul serangan udara di Konna, Jumat lalu.
Penduduk Niono, kota di Mali tengah, mengabarkan, truk tentara Perancis telah tiba di kota itu pada Selasa malam. Sasaran serangan pasukan infanteri Perancis ialah Diabaly, sekitar 400 kilometer di utara Bamako, atau 70 kilometer di utara Niono. Diabaly direbut militan, awal pekan ini.
Pihak militer mengungkapkan, pasukan darat Perancis telah mengendalikan Niono dan mencegah gerak maju kelompok Ansar Dine. ”Pasukan Perancis telah mengendalikan Niono, menghentikan militan maju ke Segou,” kata salah satu sumber militer.
Sumber militer lain menambahkan, tentara Mali mengamankan daerah perbatasan dengan Mauritania. Bersama-sama dengan Perancis, tentara Mali mengepung kelompok militan. ”Serangan final tinggal menunggu waktu,” kata sumber tersebut.