Drian menegaskan, tantangan yang dihadapi tidak main-main. Intervensi Perancis berjalan baik, tetapi pertempuran itu akan berlangsung lama dan sulit. ”Di wilayah barat lebih sulit. Kami menghadapi tantangan terberat dari kelompok paling fanatik dan terorganisasi,” ujarnya.
”Sejak awal, kami menyadari bahwa ini akan menjadi operasi yang sangat sulit,” lanjutnya. Drian mencatat, lebih dari 1.000 anggota separatis berada di zona barat. Mereka sangat terbuka menerima bantuan dari luar.
”Kami berada dalam situasi yang sangat positif dibandingkan pekan lalu, tetapi pertempuran akan lama. Tujuannya agar Mali mendapatkan kembali kedaulatan atas seluruh wilayahnya,” ujar Drian.
Saat pasukan darat Perancis dan Mali menyerbu basis militan, tentara Nigeria yang bergabung dalam blok negara-negara Afrika Barat, ECOWAS, tiba di Bamako. ”Kontingen pertama telah tiba,” kata juru bicara Kementerian Pertahanan Nigeria, Kolonel Mohammed Yerima, Rabu.
Benin, Ghana, Niger, Senegal, Burkina Faso, dan Togo lebih dahulu mengirim pasukan ke Mali. Setidaknya 15 negara anggota ECOWAS secara bulat mendukung aksi militer Perancis untuk membantu Mali. Uni Afrika pun membantu mengirim pasukan dan logistik. Amerika Serikat dan negara Barat lain membantu peralatan dan logistik militer bagi Perancis dan Mali.
Jaringan militan di Afrika mulai memperlihatkan dukungan terhadap kelompok militan Mali. Al Shabaab di Somalia mengancam akan mengeksekusi warga Perancis. Ancaman lebih khusus ditujukan kepada agen intelijen Perancis, Denis Allex, yang ditangkap pada Juli 2009.
Kelompok Al Qaeda asal Mali juga menyerang ladang gas milik perusahaan minyak dan gas Inggris, BP, di Aljazair, Rabu. Mereka membunuh seorang pekerja, menculik satu karyawan Perancis dan empat anggota staf Jepang.