Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

DK PBB Dukung Aksi Militer Perancis

Kompas.com - 16/01/2013, 03:32 WIB

Pertarungan yang seimbang itu yang mendorong Paris untuk memperbesar jumlah pasukan. Prajurit Perancis di medan tempur menyadari, mereka mendapat perlawanan yang tangguh dari kelompok militan, kejutan yang patut diantisipasi.

Kontak senjata sehari sebelumnya di Mopti, kota penting di Mali tengah, dan Gao di utara menyebabkan 86 orang terluka. Palang Merah menyebutkan, semua korban harus dilarikan ke rumah sakit karena menderita luka serius. ”Di rumah sakit di Mopti, 71 orang dirawat setelah insiden Konna,” kata Palang Merah setempat.

Juru bicara Komite Internasional Palang Merah, Ali Naraghi, mengatakan, situasi kemanusiaan di Mali memburuk cepat. ”Pengungsian besar-besaran terjadi, korban sipil berjatuhan, dan kami mencoba membantu mengatasi masalah ini,” kata Naraghi.

UNHCR melaporkan, konflik menyebabkan 150.000 orang meninggalkan Mali sejak Jumat lalu. Sedikitnya 54.100 orang lari ke Mauritania, 50.000 orang ke Niger, 38.000 orang ke Burkina Faso, dan 1.500 orang ke Aljazair. Sekitar 230.000 orang mengungsi di negerinya sendiri.

Sejak serangan udara Perancis diluncurkan pada Jumat lalu di Konna, kubu militan Ansar Dine telah meninggalkan tiga kota penting yang mereka kuasai sejak Maret lalu. Tiga kota itu ialah Timbuktu, yang penduduknya telah menderita kekerasan selama 10 bulan, kota Douentza di Mali tengah, dan Gao.

Mengancam

Meskipun terus dibombardir pasukan Perancis, kelompok separatis Ansar Dine yang memiliki hubungan dengan Al Qaeda terus mengancam aksi balas dendam. Perancis dicap telah ”membuka pintu neraka” melalui serangan militernya itu.

”Perancis jatuh ke dalam perangkap yang jauh lebih berbahaya ketimbang Irak, Afganistan, atau Somalia,” kata Omar Ould Hamaha, pemimpin Gerakan untuk Kesatuan dan Jihad di Afrika Barat (MUJAO), salah satu kelompok separatis dan sayap Al Qaeda di Afrika Utara.

Kedutaan Besar Perancis di Bamako segera memerintahkan evakuasi sekitar 60 warga Perancis di wilayah Segou. Kedutaan mengkhawatirkan keselamatan warga karena wilayah itu berada dalam kepungan pasukan militan.

Sementara itu, Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri Tatang Budi Razak memastikan tidak ada warga negara Indonesia yang terdata tengah berada di Mali. Menurut Tatang, dirinya telah mengecek langsung ke Kedutaan Besar RI di Dakar, Senegal, negara terdekat dengan Mali.

”Kita kebetulan tak punya perwakilan di Mali,” ujar Tatang.(DWA/AFP/AP/ REUTERS/BBC/CAL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com