Setelah sehari sebelumnya melanda sebagian besar Negara Bagian Victoria dan New South Wales (NSW) pada Rabu (9/1), gelombang panas bergerak ke Negara Bagian Queensland. Suhu udara di ibu kota Queensland, Brisbane, mencapai 40 derajat celsius.
Demikian dilaporkan koresponden Kompas di Australia,
Sejauh ini belum ada korban jiwa dilaporkan akibat kebakaran lahan yang meluas akibat gelombang panas itu. Namun, dilaporkan, sedikitnya 20.000 domba mati terbakar di seluruh Australia.
Sisa kebakaran semak sehari sebelumnya masih menyisakan lebih dari 130 titik api, dengan 20 di antaranya tidak terkontrol.
Suhu di Victoria dan NSW, dua negara bagian berpenduduk terbanyak di Australia, turun pada hari Rabu hingga 20-25 derajat celsius. Namun, masa krisis belum berakhir karena gelombang panas diperkirakan kembali lagi pada awal pekan depan.
”Hari Senin dan Selasa depan, dengan kumpulan besar udara panas di tengah benua ini, tempat suhu bisa mencapai 50 derajat celsius, maka kemungkinan besar udara panas itu akan mengalir ke New South Wales, dengan angin kencang,” kata Asisten Komisaris Dinas Pemadam Kebakaran NSW Anthony Clark.
Pada hari yang sama, Badan Atmosfer dan Kelautan Nasional Amerika Serikat (NOAA) merilis laporan yang menyebutkan tahun 2012 adalah tahun terpanas sepanjang sejarah pencatatan cuaca di AS. Cuaca panas itu menyebabkan kekeringan di 61 persen wilayah negara itu, dan memicu kebakaran liar yang menghanguskan sekitar 3,7 juta hektar lahan.
Sementara itu, cuaca buruk yang dipicu gelombang dingin melanda kawasan Timur Tengah (Timteng). Curah hujan yang tinggi memicu banjir, sementara kawasan gurun—yang biasanya kering dan panas—di Jordania disiram hujan salju hingga ketebalan 30 sentimeter.
Dua perempuan tewas di wilayah Tepi Barat, Palestina, setelah taksi yang mereka tumpangi diterjang banjir bandang, Selasa. Di Israel, helikopter militer dikerahkan untuk mengevakuasi 300 keluarga yang terjebak banjir di kota Bat Hefer di sebelah utara Tel Aviv, setelah Sungai Shekhem meluap.
Di Jordania, pemerintah menetapkan hari Rabu sebagai hari libur nasional karena cuaca yang sangat dingin dan tumpukan salju menutup sebagian jalan raya di ibu kota Amman. Mohammed Samawi, petugas pengamat cuaca di Jordania, mengatakan, ini adalah badai salju terburuk di Timteng dalam 30 tahun terakhir.
Sekolah di seantero Lebanon juga diliburkan untuk hari kedua, Rabu, karena hujan deras dan badai salju masih terus turun. Di Mesir, jumlah kapal yang melewati Terusan Suez turun drastis karena jarak pandang terbatas akibat hujan deras. Dua pelabuhan Mesir di Alexandria dan Dakhila juga ditutup karena cuaca buruk.