Sejumlah analis dan pejabat AS menyebut, pendekatan ”mempermalukan dan menjatuhkan sanksi” yang selama ini dilakukan terbukti sama sekali tak menghentikan Korut mengembangkan kemampuannya, baik di bidang teknologi nuklir maupun peluru kendali.
Tak lama setelah peluncuran, pemerintahan Presiden Barack Obama langsung bereaksi keras, dengan mengecam peluncuran yang disebutnya sebagai ”tindakan sangat provokatif”.
Untuk itu, Pemerintah AS mengancam bakal ada ”sejumlah konsekuensi” yang akan dihadapi Korut. Hal itu dilakukan dengan mengupayakan sanksi lebih kuat dan luas atas Korut oleh Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa- Bangsa.
Beberapa bentuk sanksi yang direncanakan, antara lain, menambah jumlah individu dan entitas bisnis Korut dalam daftar hitam PBB, yang akan diikuti pembekuan aset dan pembatasan perjalanan, serta pengetatan inspeksi kargo terhadap Korut.
”Sebelumnya ada semacam kecenderungan tak terucap untuk meremehkan apa yang dilakukan Korut sebagai sekadar upaya konyol dari sebuah negara aneh yang terbelakang secara teknologi,” ujar Victor Cha, pakar Korut di Center for Strategic and International Studies.
Semua itu berubah setelah Korut membuktikan diri berhasil meluncurkan roket jarak jauhnya kemarin. Keberhasilan itu memicu kekhawatiran Korut mampu mengembangkan teknologi rudal berhulu ledak nuklir.
”Pertanyaannya sekarang, akankah AS melakukan sesuatu yang lain dalam menghadapi ancaman strategis baru dari Korut. Atau akankah AS berdiam dan menunggu sampai Korut akhirnya menguasai kemampuan persenjataan nuklir yang akan semakin mengancam keamanan tanah air AS,” ujar Cha.
Sebelumnya, juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Victoria Nuland, dengan keras mengecam pemimpin Korut, Kim Jong Un, yang dinilai banyak kalangan masih terlalu muda dan belum berpengalaman.