Solusi multilateralisme, lanjut Wilson, akan menghasilkan pendapat dan posisi bersama untuk kemudian juga disuarakan secara bersama-sama keluar.
Dengan begitu ASEAN dapat membuat pihak lain mendengarkan dan bersedia memperhatikan keinginan mereka.
Pembicara lain dalam seminar itu adalah peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), CPF Luhulima. Dia menyebut dua kekuatan utama dunia saat ini, AS dan China, telah menerima sentralitas ASEAN sebagai bagian dari kepentingan strategis mereka.
”Saat ini ASEAN memang ditantang untuk bisa mempertahankan sentralitasnya, terutama dalam persoalan sengketa di Laut China Selatan,” ujar Luhulima.
Namun, Luhulima juga mengaku prihatin dengan kondisi ASEAN sekarang, yang menurut dia kekurangan figur kepemimpinan yang kuat.
”Sekarang masalahnya ada tidak figur pemimpin yang mampu mengajak semua negara anggota solider menghadapi masalah. Masalahnya di leadership,” tutur Luhulima.