JAKARTA, KOMPAS -
Peran besar itu sangat diperlukan saat negara-negara di kawasan tersebut tengah menghadapi masalah, seperti sengketa kawasan di Laut China Selatan.
Pernyataan itu disampaikan Duta Besar Uni Eropa (UE)
Wilson berbicara dalam seminar ”Peran Organisasi Kawasan dalam Mempromosikan Perdamaian” yang digelar dalam rangka merayakan Hadiah Nobel Perdamaian 2012 bagi UE.
”Saat Eropa dahulu mengalami bipolarisasi (kekuatan), yang terjadi kemudian adalah Perang Dunia II. Sayangnya, yang namanya bipolarisasi hanya menghasilkan masalah dan sama sekali tak ada urusannya dengan negara-negara kecil,” ujar Wilson.
Untuk itu, lanjut dia, seluruh negara anggota ASEAN bisa membangun satu suara bersama yang berpengaruh dalam menghadapi pengaruh negara-negara besar.
Menurut Wilson, Uni Eropa bisa membantu ASEAN dalam konteks pengalaman organisasi mengupayakan solusi multilateral.
Solusi tersebut dilakukan Uni Eropa dalam upaya menyelesaikan sejumlah masalah, seperti masalah akses dan keamanan maritim antaranggota UE di masa lalu.
Seperti diwartakan, selama ini banyak kalangan meyakini isu sengketa Laut China Selatan dipengaruhi proses pencarian keseimbangan geopolitik baru di antara negara-negara kekuatan utama di dunia.
”Pendekatan multilateralisme cenderung akan membawa Anda pada upaya mencari kompromi, bernegosiasi, dengan mendengarkan banyak pendapat dari banyak pemain lain,” ujar Wilson.